Dari hasil penelitian itu, terlihat konflik Rohingya di mata masyarakat Myanmar dipicu adanya upaya legitimasi pemerintahan. Sehingga tidak benar bila menyimpulkan konflik Rohingya berasal dari pertentangan agama."

Surabaya (ANTARA News) - Kapolri Jenderal Tito Karnavian menyatakan masih ada warga Myanmar yang berempati terhadap etnis muslim Rohingya dan tidak mendukung pembunuhan massal terhadap etnis tersebut.

"Sebenarnya masih ada masyarakat Myanmar yang solider dengan keluarga muslim di Rohingya," kata Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian, usai menjadi pembicara pembuka di acara "International Conference on Contemporary Social and Political Science Affair" (ICoCSPA) yang digelar FISIP Universitas Airlangga (Unair) di Surabaya, Kamis.

Dia mengatakan, hal itu didasarkan dari sebuah penelitian yang dilakukan di Myanmar dengan menggunakan sebuah aplikasi. Aplikasi itu, kata dia, bisa menyaring berbagai opini berkembang di masyarakat Myanmar.

"Dari hasil penelitian itu, terlihat konflik Rohingya di mata masyarakat Myanmar dipicu adanya upaya legitimasi pemerintahan. Sehingga tidak benar bila menyimpulkan konflik Rohingya berasal dari pertentangan agama," ujarnya.

Tito menambahkan, permerintah Indonesia turut serta dalam upaya menyelesaikan polemik di Negeri Tanah Emas itu. Di antaranya, dengan menginstruksikan Menteri Luar Negeri Retno Lestari Priansari Marsudi menemui Menteri Luar Negeri Myanmar Daw Aung San Suu Kyi.

"Juga disambut langsung oleh pimpinan militer di sana. Diharapkan upaya diplomasi ini membuahkan hasil yang baik bagi semua pihak, terutama masyarakat Rohingya yang menjadi korban," tuturnya.

Dalam acara yang mengambil tema "Pembangunan dan Keamanan dalam Masyarakat Berisiko", selain Tito, turut menjadi pembicara adalah Gubernur Lemhanas RI Letjen (Purn) Agus Wijoyo dan beberapa pembicara dari univeritas internasional antara lain, Prof Hisae Nakanishi (Doshisa University, Jepang), Prof Peter Grabosky (Australia National University) dan Dr Robbie Pieters (Sydney University, Australia).

Pewarta: Indra Setiawan dan Willy Irawan
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017