"Rencananya, bus tingkat pariwisata diluncurkan 18 September mendatang. Masih dalam proses uji coba," kata Kepala Dinas Perhubungan Kota Semarang Muhammad Khadik di Semarang, Rabu.
Bus tingkat pariwisata berwarna merah senilai Rp3,6 miliar itu memiliki kapasitas sebanyak 70 penumpang dengan spesifikasi bertingkat dua setinggi 4,2 meter dan panjang 12 meter.
Menurut dia, peluncuran bus pariwisata itu semula dijadwalkan pada 17 September 2017 bertepatan dengan peringatan Hari Perhubungan Nasional, tetapi akhirnya diundur satu hari.
"Sebenarnya, mau di-launching persis Hari Perhubungan Nasional pada 17 September 2017, tetapi karena hari Minggu, ya, diundur hari Seninnya, tanggal 18 September 2017," katanya.
Berbagai persiapan terus dilakukan Dinas Perhubungan untuk pengoperasian bus tingkat itu, seperti uji coba rute pada Rabu (15/8) lalu, kemudian dipamerkan di ajang CFD (car free day).
Ternyata, kata dia, animo masyarakat untuk menjajal bus tingkat pariwisata itu sangat besar meski saat dihadirkan di ajang CFD, Minggu (3/9) lalu bus hanya dipamerkan, tidak dijalankan.
"Ya, kami lihat animo masyarakat terhadap bus tingkat pariwisata ini sangat besar. Sementara ini, tarifnya masih disubsidi, artinya masyarakat dan wisatawan bisa menikmati secara gratis," katanya.
Apabila animo masyarakat kian meningkat, Khadik mengatakan bisa jadi akan ditambahkan lagi bus tingkat pariwisata pada tahun depan jika anggarannya memungkinkan untuk dilakukan pengadaan.
Sementara itu, Kepala Sub Bagian Tata Usaha Dinas Perhubungan Kota Semarang Ade Bhakti menambahkan rute-rute destinasi wisata yang akan disinggahi bus tingkat pariwisata itu masih dikaji.
"Start-nya tetap dari Museum Mandala Bhakti, tetapi setelah itu kemana dan kemana, masih digodok. Rencananya, titik poin persinggahan kedua di Taman Srigunting, Kota Lama Semarang," katanya.
Ade yang juga Pelaksana Tugas (Plt) Kepala BLU Trans Semarang itu mengatakan sebenarnya kalau memungkinkan semua objek wisata di Kota Semarang bisa menjadi persinggahan bus tingkat pariwisata itu.
Akan tetapi, kata dia, beberapa objek wisata masih belum memungkinkan kondisinya, seperti di Vihara Buddhagaya Watugong yang masih diatur jalur bagi bus untuk berputar arah.
"Di Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT) Semarang juga belum memungkinkan melihat konstruksi bus yang sangat panjang. Makanya, rute destinasi mana saja kan perlu dikaji matang," ucapnya.
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017