Mogadishu (ANTARA News) - Perdana Menteri (PM) Somalia, Ali Mohamed Gedi, Minggu, lolos dari satu serangan bom mobil hebat di kediamannya di Mogadishu, yang dikataknnya merupakan operasi Al Qaeda guna membuat Somalia tidak stabil.
"Apa yang terjadi hari ini adalah serangan teroris yang diotaki Al-Qaeda terhadap saya. Para teroris ingin mematahkan semangat pemerintah dan bangsa Somalia, tetapi mereka tidak akan penah berhasil melakukannya," kata Gedi kepada media setempat, seperti dikutip AFP.
"Enam pengawal saya tewas dalam ledakan tersebut dan saat ini saya sedang beserta pejabat lain di rumah saya," katanya, untuk memperbaiki berita yang sebelumnya beredar.
Ledakan di rumah Gedi yang berada di utara Mogadishu itu menyusul suatu serangan mematikan pada akhir pekan di sebelah timur laut Somalia.
Serangan itu dilancarkan pasukan kemanan dan kapal perang AS terhadap ekstrimis Islam yang diduga punya kaitan dengan Al-Qaeda.
Seorang tetangga Gedi yang tidak ingin namanya ditulis, mengatakan para pelaku menabrakkan mobil ke gerbang rumah Gedi kemudian terjadi ledakan yang mengguncang lokasi tersebut.
"Ledakannya begitu besar sampai-sampai terdengar dari jarak jauh," kata Abdi Salam Ali, tetangga lainnya.
"Ini adalah serangan terhadap Perdana Menteri. Ini adalah pekerjaan yang dilakukan pihak anti-perdamaian yang ingin meneror rakyat Somalia," kata jurubicara pemerintah, Abdullahi Muhidin.
Dia menambahkan "para penyerang tersebut harus diburu dan diseret ke pengadilan."
Ledakan tersebut adalah percobaan pembunuhan yang ke-empat kalinya terhadap Gedi dalam waktu setahun.
Pada 17 Mei, sebuah ledakan di pinggir jalan terjadi ketika Gedi dan rombongan berkonvoi menggunakan mobil. Gedi juga menjadi sasaran serangan bom pada November dan Mei tahun lalu.
Serangan yang terjadi siang hari di rumah Gedi menggarisbawahi gentingnya kendali pemerintahan transisi Somalia atas Mogadishu dan wilayah lainnya, sejak mereka menggulingkan gerakan ekstrimis Islam.
Pemerintah transisi Somalia didukung pasukan Ethiopia serta Tentara Perdamaian Afrika.
Ibukota Somalia itu telah begitu penuh dengan kekerasan semenjak para pemimpin bersenjata pada 1991 menggulingkan pemerintahan diktator Mohamed Siad Barre.
Sekitar 1.250 kilometer arah timur laut Mogadishu, di wilayah semi-otonomi, Puntland, pasukan keamanan yang didukung angkatan laut Amerika Serikat (AS) menyerang sebuah kawasan pegunungan yang diyakini menjadi tempat jaringan Al-Qaeda serta ekstremis lainnya.
Paling sedikit 12 anggota ektrimis Islam tewas dalam serangan yang berlangsung dari Jumat hingga Sabtu dini hari di sekitar kota Bargal, kata pejabat militer Puntland.
Beberapa penduduk mengatakan warga sipil turut menjadi korban dalam operasi itu.
Menurut laporan CNN, kapal perang AS tersebut mengincar tersangka anggota Al-Qaeda yang terlibat dalam serangan tahun 1998 di Kedutaan Besar AS di Kenya dan Tanzania.
Kapal perang itu menembakkan Rudal pada Jumat malam setelah pasukan Puntland mengejar para ekstrimis hingga ke kawasan berbukit, kata penduduk setempat.
Seorang komandan militer Puntland yang minta namanya tidak disebutkan, menyatakan para ekstrimis tersebut telah dihancurkan pasukan Somalia sebelum pasukan AS menembakkan Rudal-rudalnya.
"Mayat-mayat mereka tergeletak di wilayah pegunungan dan kami berharap dapat menunjukkannya kepada media. Mereka kalah dalam pertempuran dan kami menewaskan 12 anggota mereka," kata komandan itu.
Menteri Keuangan Puntland Mohamed Ali Yusuf mengatakan kepada wartawan bahwa "pasukan kami telah sepenuhnya memegang kendali wilayah Bargal."
Menurut Yusuf, berdasarkan dokumen-dokumen yang ditemukan, para teroris itu berasal dari Amerika, Inggris, Swedia, Moroko, Pakistan dan Yaman.
Dia menambahkan lima orang ekstrimis Somalia terluka dalam serangan tersebut.
Penduduk setempat mengemukakan Rudal-rudal AS setidak-tidaknya melukai 15 orang.
"Jumlah korban serangan tersebut masih dapat bertambah dari yang kami perkirakan. Sejauh ini informasi yang didapat adalah 15 orang terluka dalam serangan itu dan beberapa di antaranya adalah para warga nomaden (sering berpindah tempat)," kata seorang penduduk setempat, Mohamed Gure, yang tinggal 30 km dari Bargal.
Duale Hussein Mohamed, seorang tokoh setempat, mengatakan kapal perang AS "menembaki tempat tinggal nomadik. Kami perkirakan jumlah korban lebih banyak".
Militer AS telah melibatkan diri untuk mendukung pemerintahan Somalia.
Pada bulan Januari, angkatan laut AS melakukan operasi dengan sasaran anggota Al-Qaeda yang melakukan serangan di kedutaan besar AS tahun 1998 serta serangan bunuh diri tahun 2002 yang menewaskan 16 orang terhadap Hotel Kenyan Indian Ocean, milik seorang Israel.
Tokoh-tokoh setempat mengatakan lebih dari 100 warga sipil terbunuh dalam operasi tersebut. (*)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2007