Banda Aceh (ANTARA News) - Sejumlah warga Banda Aceh menyesalkan berbunyinya sirine pendeteksi peringatan dini tsunami (Tsunami Warning System/TWS) yang mengakibatkan kepanikan dan keresahan penduduk di Kota Banda Aceh dan Kabupaten Aceh Besar, Senin, padahal sirine itu berbunyi akibat kerusakan teknis. "Kami benar-benar resah dan panik serta kecewa berbunyinya sirine peringatan tsunami itu secara tiba-tiba," kata seorang warga Banda Aceh Ismail, Senin. Ismail mengatakan berbunyinya alarm TWS yang disertai isu naiknya air laut (tsunami) itu membuat warga panik dan berlarian menuju daerah dataran tinggi untuk berlindung. "Seharusnya penanggung jawab operasional sirine tsunami profesional, sehingga tidak menimbulkan kepanikan. Kalau memang tidak bisa mengelolanya, bongkar saja," tambahnya. Dia mengemukakan pemerintah harus harus bertanggung jawab atas kepanikan dan "trauma kedua" yang dialami masyarakat Aceh. Kepanikan itu terjadi sekitar pukul 10.30 WIB, sehingga arus kendaraan dalam kota Banda Aceh penuh sesak, sebagian karyawan pemerintah dan swasta, termasuk kalangan guru sekolah, memerintahkan anak didiknya untuk segera meninggalkan sekolah karena isu air laut naik. Keadaan tidak menentu itu berlangsung sekitar dua jam, namun setelah itu situasi normal kembali, menyusul adanya penerangan yang disampaikan polisi melalui pengeras suara tentang bantahan isu air laut naik. Bunyi sirine yang berlangsung selam 30 menit tersebut berasal dari alat pedeteksi dini tsunami yang dipasang di kawasan pesisir Kajhu, Baitulsalam, Kecamatan Aceh Besar. (*)
Copyright © ANTARA 2007