Yogyakarta (ANTARA News) - Keraton Ngayogjakarta Hadiningrat, Daerah Istimewa Yogyakarta menggelar upacara adat "Grebek Besar", Sabtu, untuk merayakan momentum hari raya Idul Adha 1438 Hijriah.
Prosesi ritual Grebeg Besar ini diawali dengan keluarnya iring-iringan pasukan prajurit Keraton Ngayogyakarta yang terdiri atas prajurit Wirobrojo, Ketanggung, Bugis, Daeng, Patangpuluh, Nyutro yang dikomandani oleh manggala yudha GBPH Yudhaningrat.
Tujuh gunungan hasil bumi yang terdiri atas gunungan kakung, puteri, gepak, darat, pawuhan, dan dua gunungan jaler diarak ratusan prajurit dari Siti Hinggil Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Lima di antaranya diarak menuju Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, sedangkan dua gunungan lainnya menuju Kantor Kepatihan dan Puro Pakualaman.
"Grebeg Besar ini merupakan wujud sedekah dari Sultan HB X sekaligus sebagai simbol Manunggaling Kawula Gusti (hubungan Tuhan dengan manusia) dan hubungan Raja Keraton Yogyakarta dengan rakyatnya," kata Adik Sultan HB X, GBPH Yudhaningrat yang sekaligus berperan sebagai Manggala Yuda atau panglima prajurit dalam acara itu.
Menurut Yudhaningrat, acara adat yang digelar setiap tahun itu juga bertujuan sebagai simbolisasi kemakmuran Daerah Istimewa Yogyakarta. "Karena semua gunungan yang diarak berasal dari hasil bumi Yogyakarta," kata dia.
Saat tiba di Halaman Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta, lima gunungan berisi hasil bumi langsung diserbu ratusan warga yang terdiri atas wisatawan maupun warga dari berbagai daerah.
"Berebut isi gunungan dari Keraton selalu saya lakukan sejak dahulu setiap tahun," kata Sri Widayati (67) yang berhasil mendapatkan isi gunungan berupa lima tusuk kue tradisional dari ketan.
Menurut warga Madukismo, Bantul itu, hasil bumi isi gunungan Grebeg Maulud itu amat penting karena dianggap memiliki manfaat menghindarkan keluarganya dari berbagai musibah. "Saya yakin dapat berkah dan mudah-mudahab terhindar dari marabahaya," kata dia.
Berbeda dengan, Subarjo (57). Warga Kota Gede Yogyakarta itu akan memanfaatkan isi gunungan sebagai pakan ayam miliknya. "Biar ayam ternak saya tidak penyakitan," kata dia.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017