"Dari pemeriksaan awal, sapi tersebut menunjukkan tanda kelelahan dan kepanasan sehingga mengeluarkan leleran dari mulut, hidung serta mengalami diare," kata Kepala Seksi Pengawasan Mutu Komoditas Kehewanan dan Pertanian Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Supriyanto di Yogyakarta, Jumat.
Sebelumnya, Tim Unit Reaksi Cepat Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta memperoleh informasi dari warga mengenai sapi kurban yang mengalami gejala sakit.
Ia memastikan, bahwa sapi tersebut tidak terserang penyakit yang mematikan, khususnya antraks karena kondisi hewan kurban masih bisa berdiri secara normal, dan kotoran yang dikeluarkan tidak mengandung darah.
"Kami akan terus siaga di posko dan masyarakat yang merasa khawatir dengan kondisi kesehatan hewan kurban mereka sebelum disembelih bisa langsung melapor ke posko," katanya.
Secara umum, lanjut dia, tidak ada kejadian menonjol pada pelaksaaan penyembelihan hewan kurban hari pertama meskipun temuan cacing hati masih tetap terjadi.
Dari 413 tempat pemotongan hewan kurban yang sudah diperiksa, tim menemukan setidaknya 79 kasus cacing hati dan dimungkinkan temuan kasus masih bisa bertambah karena pemotongan hewan kurban akan dilakukan hingga Senin (4/9).
Meskipun demikian, lanjut dia, jumlah temuan cacing hati tersebut tidak terlalu banyak jika dibanding jumlah hewan kurban yang disembelih pada hari pertama yaitu 2.139 ekor sapi, 1.167 ekor kambing dan 2.457 ekor domba.
Bagian hewan kurban yang terkena cacing hati adalah hati. Temuan tidak hanya terjadi pada sapi tetapi juga pada domba.
"Hati yang terinfeksi cacing harus dipisahkan dan tidak layak untuk dikonsumsi. Bagian tersebut juga harus dipendam," katanya.
Pewarta: Eka Arifa Rusqiyati
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017