Jakarta (ANTARA News) - PT Angkasa Pura (AP) I akhirnya memilih radar buatan Republik Ceko senilai Rp105 miliar untuk memperbaharui kebutuhan produk itu di empat bandaranya, setelah tertunda sejak 2004 lalu. "Pekan lalu, panitia tender memutuskan bahwa PT Lestari Sentara Pratama sebagai pemenang seharga Rp105 miliar, termasuk pajak dan PT Citac sebagai cadangan senilai Rp137,2 miliar, termasuk pajak," kata Humas PT AP I, Halendra Waworuntu saat dihubungi di Jakarta, Minggu. Dijelaskan, radar empat bandara yang mendesak diganti adalah Bandara Juanda (Surabaya), Bandara Hassanuddin (Makassar), Bandara Sepinggan (Balikpapan) dan Bandara Syamsudin Noor (Banjarmasin). Salah satu dasar pertimbangan mengapa PT Lestari sebagai pemenang, kata Halendra, karena adanya jaminan radar yang dipasang sesuai dengan persyaratan teknis, termasuk terintegrasi dengan radar sebelumnya. "Harganya juga wajar dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai konsekuensi dari prinsip efisiensi," kata Halendra. Halendra juga mengatakan, proses pelelangan ini, melibatkan lembaga independen seperti lembaga teknik Universitas Indonesia sebagai konsultan ahli radar asing dan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) sebagai penilai pre-auditdan tim peninjau lokasi dari ITB, UI dan Ditjen Hubud Dephub. Sebelumnya, Corporate Secretary AP I Kuntadi Budianto menyebutkan, dalam proses tender itu PT Citac menawarkan radar buatan Prancis dan PT Lestari menawarkan radar buatan Republik Ceko. Proses tender keempat radar itu, seperti dijelaskan Direktur Utama AP I Bambang Darwoto sebelumnya, telah berlangsung selama tiga tahun karena sempat dibatalkan dua kali, yaitu pada 2004 dan 2005. Tender ketiga kalinyga dimulai November 2006. Sementara itu, Direktur Operasi dan Teknik PT AP I Risman Nuryadin mengungkapkan keempat radar itu adalah jenis monopulse secondary surveillance radar (MSSR). Sedangkan radar-radar lama dari jenis secondary surveillance radar (SRR). Keempat radar itu, juga cocok (compatible) dengan konsep pengembangan navigasi penerbangan masa depan, yaitu new Communication Navigation Surveillance-Air Traffic Management (New CNS/ATM). Teknologi itu memungkinkan, pemantauan pesawat berbasis satelit. Aplikasinya, pesawat memberitahukan posisinya melalui global positioning system (GPS) dan diterima melalui stasiun automatic dependent surveillance broadcasting (ADSB) yang masih direncanakan dibangun pemerintah dalam waktu dekat.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007