"Kita tidak pernah keluar dari solusi diplomatik," kata Mattis kepada wartawan hanya beberapa jam setelah Trump mencuit bahwa "berunding bukanlah jawaban" atas ketegangan yang dipicu oleh program senjata dan peluru kendali nuklir Korea Utara.
Pernyataan berbalik 180 derajat dari posisi Trump itu disampaikan satu hari setelah purnawirawan jenderal marinir bintang empat itu muncul untuk menunda implementasi keputusan Trump melarang transgender masuk militer AS.
Mattis juga termasuk dari sekian pembantu senior Trump, termasuk Menteri Luar Negeri Rex Tillerson dan Penasihat Ekonomi Gedung Putih Gary Cohn yang terang-terangan mengkritik tanggapan Trump terhadap kekerasan rasial yang dilakukan nasionalis kulit putih di Charlottesville, Virginia, belum lama bulan ini.
Para presiden AS memang kerap berbeda pendapat dengan penasihat-penasihat seniornya menyangkut berbagai kebijakan atau masalah lain, tetapi tidak seperti pada masa Trump, perbedaan-perbedaan itu tidak muncul ke publik dari mulut mereka sendiri, melainkan dari bocoran, memoar, catatan sejarah dan ketika para pejabat pemerintah sudah menjadi mantan.
"Saya belum pernah melihat seorang presiden era modern yang memiliki pola di mana banyak pejabat tingginya menyampaikan hal seperti itu (berbeda pendapat di muka publik)," kata Michael Beschloss, sejarawan AS.
Mattis telah berulang kali menegaskan bahwa diplomasi yang didukung opsi militer yang kredibel adalah satu-satunya cara mencegah krisis Korea Utara tidak meluber menjadi konflik mengerikan, demikian Reuters.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2017