Maungdaw (ANTARA News) – Sedikitnya 18.500 warga Rohingya menyeberang ke Bangladesh sejak pertempuran terjadi di negara bagian Rakhine, Myanmar, enam hari lalu, ungkap Organiasi Migrasi Internasional (IOM) pada Rabu (30/8).


Asap tebal mengepul dari beberapa desa yang terbakar di bagian negara itu yang terkena dampak paling parah, menurut wartawan AFP dalam sebuah perjalanan yang dipimpin pemerintah ke daerah tersebut, saat kekerasan itu tidak menunjukkan tanda-tanda mereda meski ada operasi keamanan oleh polisi dan pasukan Myanmar.


Jalanan di Maungdaw -- kota terbesar di Rakhine utara -- hampir kosong ketika api-api kecil masih menyala di antara sisa-sisa rumah yang hangus dan sesekali suara tembakan terdengar di kejauhan.


Bentrokan itu dimulai pada Jumat ketika pemberontak komunitas minoritas muslim Rohingya Myanmar melancarkan serangan mematikan ke pos polisi.


Sedikitnya 110 orang, termasuk 11 pejabat negara, dikonfirmasikan tewas sejak saat itu dan ribuan warga Rohingya berbondong-bondong melintasi perbatasan ke Bangladesh meski Dhaka berusaha menghentikan mereka.


"Sampai semalam, 18.500 orang sudah melintasi perbatasan," kata Chris Lom, juru bicara IOM Asia Pasifik, kepada AFP sambil menambahkan imigran yang jumlahnya tidak diketahui masih terjebak di sisi perbatasan Myanmar.


(Baca: Ribuan warga Rohingya lari ke perbatasan, kekerasan meluas di Myanmar)

Penerjemah: Monalisa
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017