Bangkalan (ANTARA News) - Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan mengunjungi Pondok Pesantren Nurul Kholil di Bangkalan, Jawa Timur, Rabu, dan menyerahkan bantuan hewan kurban di lembaga itu.
Menko Kemaritiman datang ke pesantren itu didampingi Wakil Gubernur Jawa Timur Syaifullah Yusuf.
Dalam sambutanya Luhut menyatakan, para santri harus membiasakan diri bekerja keras, belajar, disiplin, dan jujur. Sebab, dengan belajar di pesantren para santri sudah memiliki bekal spiritual keimanan yang kuat, namun intelektual harus terus ditingkatkan.
Ia mencontohkan, ada seorang siswa pondok pesantren yang berhasil menempuh pendidikan tinggi di Harvard University dan saat ini sukses menjadi dosen di perguruan tinggi ternama.
"Saya yakin jika kalian menerapkan pesan saya tadi, maka beberapa dari kalian akan bisa menjadi pemimpin bangsa," ujar Luhut.
Para santri, kata jenderal purnawirawan itu, juga harus belajar teknologi terbaru, sehingga tidak ketinggalan dengan negara asing.
Menurut dia, jika ada santri yang memiliki prestasi akademik yang baik, bisa dilaporkan ke Menko Kemaritiman. Nantinya santri tersebut akan disekolahkan ke jenjang yang lebih tinggi.
"Kalian tidak perlu malu dengan apapun background keluarga yang dimiliki, sebab yang terpenting adalah tekad dan kerja keras," ujarnya.
Luhut berpesan, jika menjadi pemimpin harus bisa memberi tauladan atau contoh yang baik.
Contoh tersebut, lanjut dia, bisa diaplikasikan dalam segala hal, baik disiplin, hidup sehat, dan lainnya.
"Komitmen para pendiri NU adalah sebagai pilar dan ujung tombak persatuan dan kesatuan bangsa. Karenanya jika salah satu santri di sini jadi pemimpin bangsa maka harus memberi contoh yang baik bagi semua," katanya.
Pada kesempatan tersebut Menko Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan juga menyerahkan bantuan berupa hewan kurban untuk Ponpes Nurul Kholil dan Pondok Pesantren Syaikhona Kholil.
Sementara itu, Wagub Jatim Saifullah Yusuf menyampaikan apresiasi atas perhatian yang diberikan oleh Menko Kemaritiman kepada pondok pesantren yang ada di Madura.
Hal ini penting dilakukan, kata dia, karena untuk memajukan Madura yang perlu diajak dialog adalah para ulama dan kiainya. Apalagi, wilayah Madura memang khas dan memiliki jargon yang dihormati pertama adalah orang tua, kemudian kiai (guru), baru pemerintah-nya.
"Walaupun orang tua yang utama harus dipatuhi, namun kebanyakan orang di sini banyak memasrahkan anaknya untuk patuh pada kiai," kata Wagub.
Gus Ipul menambahkan, dua ponpes tersebut merupakan dzuriyah dari seluruh ponpes yang ada di Jatim. Dimana, guru-guru atau kiai yang ada di ponpes se-Jatim ini saling sambung bersambung karena nasab keilmuan ataupun pernikahan.
Selain itu, semua santri yang belajar di ponpes dididik untuk cinta Tuhannya sekaligus cinta Tanah Air. "Memajukan ponpes berarti membangun Madura secara utuh, karena lewat ponpes semangat spiritual sekaligus nasionalisme akan terbentuk," katanya.
(KR-ZIZ/M026)
Pewarta: Abd Aziz
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017