Jakarta (ANTARA News) - Indonesia mulai mengembangkan tiga kawasan budidaya perikanan lepas pantai (offshore aquaculture) di Sabang, Provinsi Aceh, wilayah Laut Selatan Pulau Jawa, dan Pulau Karimun Jawa, Provinsi Jawa Tengah.
Pernyataan itu disampaikan oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Budidaya Perikanan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tri Hariyanto selepas menjadi pembicara dalam seminar yang diadakan Indonesian Council on World Affairs (ICWA) bersama Kantor Dagang dan Ekonomi Taiwan (TETO) di Jakarta, Selasa.
"Mulai 2017 ini, kita tengah mengembangkan tiga budidaya perikanan lepas pantai di tiga wilayah di Aceh dan Pulau Jawa," kata Hariyanto ke Antara, Selasa.
"Budidaya perikanan lepas pantai merupakan tindak lanjut dari instruksi Presiden Joko Widodo yang meminta agar sumber daya perikanan dan perairan di Indonesia dapat dimanfaatkan secara penuh. Apalagi, Indonesia memiliki perairan cukup luas, sehingga jika tidak dioptimalisasi penggunaannya, akan jadi sebuah kesalahan," ujarnya menambahkan.
Dalam kesempatan itu, ia menerangkan, teknologi dari Norwegia dipilih untuk pengembangan awal budidaya perikanan lepas pantai, karena negara itu dianggap cukup berhasil mengelola sektor tersebut.
"Sekarang kita bisa lihat, sebagian besar produksi Ikan Salmon di Norwegia dicapai melalui metode budidaya perikanan lepas pantai. Harapannya, teknologi semacam itu dapat dipraktikkan untuk budidaya Ikan Kakap Putih, seperti Seabass dan Barramundi," jelas Hariyanto.
Sebelumnya dalam seminar, Hariyanto menjelaskan sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan budidaya perikanan.
"Tingginya permintaan, sejumlah isu lingkungan, dan faktor perubahan iklim merupakan beberapa tantangan yang harus dihadapi sektor budidaya perikanan di Indonesia," papar Hariyanto seraya menjelaskan, sejauh ini Indonesia telah mengembangkan budidaya di sejumlah spesies, seperti udang, rumput laut, teripang, beberapa jenis ikan laut, dan ikan air tawar.
Di kesempatan sama, perwakilan TETO untuk Indonesia John C. Chen mengatakan, seminar tersebut merupakan salah satu cara menggali potensi kerja sama antara Indonesia dan Taiwan, khususnya di bidang budidaya perikanan.
"Indonesia dan Taiwan merupakan bagian dari poros maritim dunia yang punya banyak potensi di bidang kelautan dan perikanan. Dengan begitu, kami tengah berupaya mendalami berbagai kemungkinan untuk mengadakan kemitraan dengan Indonesia, salah satunya di bidang perikanan," kata Chen selepas memberi sambutan dalam seminar.
Ia menambahkan, Indonesia dan Taiwan punya kesamaan visi dalam mengembangkan sektor perairan.
"Sebagian Kebijakan Arah Baru (NSP) Taiwan punya tujuan yang sama dengan visi Kementerian Kelautan dan Perikanan Indonesia, khususnya yang telah dicanangkan Menteri Susi Pudjiastuti dalam visi Laut sebagai Masa Depan Bangsa," kata Chen.
"Harapannya, seminar hari ini dapat mempertemukan sejumlah ahli dan pemangku kepentingan terkait untuk saling bertukar pikiran demi mengembangkan sekaligus memperkuat kerja sama Indonesia dan Taiwan di bidang budidaya perikanan," kata Chen seraya menambahkan, pertemuan dengan kementerian dan lembaga terkait di Indonesia penting dilakukan untuk menindaklanjuti hasil forum.
Meski demikian, Chen menegaskan, sejauh ini pihaknya belum membuat program konkrit untuk mengembangkan kemitraan budidaya perikanan di Indonesia.
"Mengenai program pastinya tentu harus dibicarakan dengan pemerintah terkait," tambah Chen.
Seminar yang diadakan ICWA dan TETO itu turut dihadiri oleh Kepala Sekretaris Badan Perikanan Taiwan, Tzyh-chung Miaw, pakar dari National Taiwan Ocean University, Shyn-shin Sheen, sejumlah pengusaha budidaya perikanan, akademisi dari berbagai universitas, dan mahasiswa.
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017