Jakarta (ANTARA News) - Ketua Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) KH Maman Imanulhaq mengatakan bahwa Idul Adha merupakan momentum untuk menguatkan solidaritas kemanusiaan di tengah berbagai gangguan yang dihadapi bangsa Indonesia.
"Dengan Idul Adha kita bisa memperkuat keimanan dan rasa kemanusiaan. Apalagi bangsa Indonesia saat ini diuji oleh sindikat penyebar kebencian berbasis SARA seperti yang dilakukan kelompok Saracen," kata Maman di Jakarta, Selasa.
Maman menjelaskan, kata kurban mengandung tiga makna yang sarat dengan pelajaran moral yang bisa membekali manusia untuk memperjuangkan nilai-nilai ketuhanan serta kemanusiaan.
Pertama, kurban bermakna mendekatkan diri kepada Allah. Kedekatan antara hamba dan penciptanya tidak mungkin terjadi jika sang hamba berjiwa kotor, berhati keras, dan berpikiran jahat.
Untuk menyucikan jiwa, kata Maman, diperlukan keseriusan berzikir dan keinginan kuat membenahi sikap keberagamaan yang selama ini telah ternodai oleh kesombongan, ketakaburan, dan kepongahan.
"Zikir adalah upaya untuk menyucikan hati, menenteramkan hati, dan mengkhusyukkan qalbu sehingga seseorang mampu berendah hati serta berintrospeksi terhadap kesalahan dan kekeliruan sendiri tanpa harus mencari kesalahan orang lain," kata dia.
Maman yang juga anggota DPR RI dari Fraksi PKB itu melanjutkan, manusia yang hatinya gelap juga gemar menghujat, mengutuk, mencaci, dan menghina orang lain.
"Tetapi diam-diam, sadar atau tidak, ia ternyata menggantikan kemungkaran dan kebiadaban orang yang dikutuknya," kata pengasuh Pondok Pesantren Al Mizan Majalengka ini.
Makna kedua, lanjut Maman, kurban merupakan konsep pengorbanan yang dilandasi keikhlasan dalam menjalankan pengabdian, tugas, dan perjuangan tanpa mengharapkan balasan dan pujian serta keuntungan materi yang menjadikan nilai kesalehan menjadi sia-sia.
"Kesuksesan umat untuk keluar dari bencana dan tragedi kemanusiaan tergantung pada keikhlasan, ketulusan, dan pengabdian mereka demi mengharap ridha Allah semata," kata Maman.
Makna ketiga, kurban yang disimbolkan dengan menyembelih hewan merupakan suatu teladan dari Nabi Ibrahim saat diperintah oleh Allah untuk mengorbankan Ismail, putra terkasihnya.
Semangat berkorban yang dicontohkan Nabi Ibrahim, lanjut Maman, bukanlah perbuatan untuk mengorbankan manusia lainnya demi tujuan dan keuntungan sesaat yang keji sebagaimana dilakukan para penguasa lalim sepanjang sejarah, tapi suatu sikap untuk menyerahkan sesuatu yang dititipkan oleh Allah.
"Dengan semangat Idul Adha, yang juga disebut sebagai Idul Kurban, manusia harus mampu menyembelih watak buruk dan tujuh sifat kebinatangan yang ada dalam dirinya seperti rakus, serakah, zalim, menindas, dan tidak mengenal hukum dan norma," kata Maman.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017