Rostock (ANTARA News) - Lebih dari 140 polisi cedera akibat bentrok dengan para demonstran yang melemparkan bom Molotov, Sabtu, menjelang Konferensi Tingkat Tinggi Kelompok Delapan (G8) pekan depan. Kerusuhan meletus sewaktu puluhan ribu orang berpawai melewati pelabuhan di timurlaut Jerman, 25 kilometer dari Baltic Heiligendamm, tempat para pemimpin negara kaya melangsungkan pertemuan selama tiga hari mulai Rabu pekan depan. Beberapa ratus demonstran dari sekitar dua ribu orang yang mengenakan topeng hitam, melempari polisi dengan bom Molotov, batu dan botol dan membakar atau menjungkirkan kendaraan. Polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan para pengacau yang diyakini dari kelompok ekstrem kiri. Jurubicara polisi mengemukakan sekitar 25 petugas cedera berat dan 17 pengunjuk rasa ditangkap. Jumlah keseluruhan polisi yang cidera mencapai 146 orang. Belum jelas berapa banyak demonstran yang cedera. Kekerasan itu hanya melibatkan sebagian kecil dari 20 ribu pengunjuk rasa. Panitia unjuk rasa yang beranggotakan berbagai organisasi anti-globalisasi dan anti-pemiskinan, mengatakan kegiatan mereka diikuti 80 ribu orang. Werner Ratz dari ATTAC, organisasi anti-globalisasi, mengatakan bentrokan bermula ketika sekelompok pengacau melemparkan batu ke kendaraan polisi yang di dalamnya terdapat seorang petugas. Polisi lalu mengirim dua pasukan anti huru-hara untuk menyelamatkan petugas tersebut dan akhirnya terjadi bentokan, kata Ratz. "Kekerasan seperti itu tidak dapat dibenarkan dan kami secara resmi menjauhkan diri dari hal itu," kata Ratz, sebagaimana dilaporkan AFP. Bentrokan itu memperkuat kekhawatiran yang dikemukakan pihak berwenang Jerman, yang menyebut militan sayap kiri akan menimbulkan kerusuhan pada unjuk rasa anti G8. Unjuk rasa terhadap KTT G8 sebelumnya, selalu diwarnai kekerasan dan yang paling parah terjadi di kota Genoa, Italia, pada 2001. Saat itu, seorang pengunjuk rasa ditembak mati oleh polisi saat terjadi kerusuhan. (*)
Copyright © ANTARA 2007