Jakarta (ANTARA News)- Nilai rukar rupiah pada pekan depan diperkirakan akan mencapai Rp9.000 per dolar AS, menyusul makin berkurangnya sentimen positif terhadap mata uang lokal itu, apalagi dengan menurunnya hot money asing. "Berkurangnya arus masuk modal asing (capital inflow) ke pasar uang dan pasar saham menekan rupiah hingga diperkirakan akan bisa mencapai Rp9.000, kata pengamat pasar uang, Edwin Gunawan, di Jakarta, akhir pekan ini. Menurut dia, rupiah akan diperdagangkan antara tertinggi Rp9.000 per dolar AS dan terendah pada Rp8.900 per dolar AS. Apalagi Bank Indonesia (BI) menargetkan rupiah stabil berada pada posisi antara Rp9.000 hingga Rp9.300 per dolar AS. Rupiah juga masih mempunyai ruang untuk bisa bergerak melemah lagi sejalan dengan rencana bank sentral AS untuk menurunkan bunganya dalam upaya meningkatkan ekonomi AS yang cenderung melambat, katanya. Namun, katanya, penguatan rupiah di bawah level Rp8.900 masih berpeluang besar, apalagi tingkat inflasi Mei diperkirakan rendah. Apalagi, Menko Perekonomian Boediono dalam jangka panjang mengharapkan inflasi bisa berkisar antara 3 sampai 4 persen, sesuai inflasi di regional. "Kalau pekan depan pergerakannya antara Rp8.850 dan Rp9.000 per dolar AS masih pantas. Dengan posisi rupiah di level itu belum perlu ada kekhawatiran," kata Edwin. Rupiah dalam tiga hari terakhir pekan ini terus melemah ke posisi Rp8.850 per dolar AS, setelah sempat menguat hingga Rp8.655 per dolar AS pada dua pekan lalu. Dukungan positif terhadap rupiah yang sesaat kemudian mata uang lokal itu kembali merosot hingga di atas level Rp8.800 (25/5) per dolar AS, merupakan dampak dari otoritas moneter AS yang menyatakan, pertumbuhan ekonomi dunia masih cukup baik, demikian Edwin Sinaga. (*)
Copyright © ANTARA 2007