Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pergerakan mata uang rupiah kembali melaju ke area positif terhadap dolar AS menyusul belum adanya ketidakpastian pembahasan debt ceiling atau batas atas dari utang Amerika Serikat.
"Situasi di Amerika Serikat yang kurang kondusif itu membebani dolar AS di pasar valas," katanya.
Sementara dari dalam negeri, lanjut dia, kondisi ekonomi nasional yang relatif cukup kondusif mendapat
respons dari pelaku pasar setelah terfokus pada pertemuan bank sentral di Jackson Hole.
"Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) yang berada dalam tren surplus serta terjaganya inflasi menjadi harapan positif bagi pelaku pasar untuk melakukan akumulasi aset berdenominasi rupiah. Sentimen positif dari dalam negeri itu mengimbangi variatifnya sentimen dari eksternal yang cenderung negatif," katanya.
Analis Platon Niaga Berjangka Lukman Leong menambahkan bahwa konsensus pasar untuk kenaikan suku bunga The Fed yang masih terpecah, membuat dolar AS menjadi kurang diminati pasar.
"Mayoritas pelaku pasar menyimpulkan belum akan ada kenaikan suku bunga Fed sampai akhir tahun ini," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini (28/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.338 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.348 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2017