"Penembakan rudal balistik melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB," kata Tillerson kepada Fox News Sunday.
"Kami menganggapnya sebagai tindakan provokatif, tindakan provokatif terhadap Amerika Serikat dan para sekutu kita."
Namun dia menambahkan, "Kami masih menginginkan rezim Kim memahami (ada) jalan berbeda yang bisa dia pilih."
Awal bulan ini dia mengatakan pembukaan diplomatik mungkin akan terwujud setelah Korea Utara merespons sanksi baru Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dengan tindakan "pengendalian".
Dan pada Selasa, Presiden AS Donald Trump penurunan uji coba rudal Korea Utara sebagai bukti bahwa pemimpin negara tersebut Kim Jong-un "mulai menghormati kita".
Namun pada Sabtu Korea Utara kembali menguji tembak tiga rudal balistik jarak pendek, dengan Kim tampaknya mengabaikan seruan untuk memberikan isyarat kepada Washington bahwa dia serius dengan perlucutan senjata nuklir.
Ketika ditanya apakah dia dan Trump telah terlalu cepat membayangkan Kim mungkin siap melakukan pengekangan, Tillerson mengatakan: "Saya tidak tahu apakah kami salah ... Saya kira akan butuh waktu untuk mengatakan itu."
"Jelas mereka masih masih mengirimi kita pesan juga bahwa mereka todal sepenuhnya siap untuk mundur dari posisi mereka," katanya sebagaimana dikutip kantor berita AFP.
"Kami akan terus melanjutkan upaya penekanan secara damai sebagaimana yang sudah saya gambarkan," katanya.
"Bekerja dengan para sekutu, bekerja dengan China juga, untuk melihat apakah kita bisa membawa razim di Pyongyang ke meja perundingan, memulai sebuah dialog mengenai masa depan yang berbeda bagi Semenanjung Korea dan bagi Korea Utara." (mr)
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017