Solo (ANTARA News) - Ribuan peserta perwakilan dari berbagai daerah di Indonesia mengikuti karnaval budaya dalam rangka serangkaian acara Pekan Kerja Nyata Revolusi Mental Indonesia 2017 di sepanjang Jalan Slamet Riyadi Solo, Minggu.
Pada acara karnaval budaya dimulai dari kawasan Sriwedari Jalan Slamet Riyadi sampai ke depan Benteng Vastenburg di Jalan Jenderal Sudirman atau depan panggung kehormatan tersebut diawali dengan kelompok marching band dari Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) yang memukau para penonton pengunjung karnaval.
Setelah itu, peserta pasukan keraton tidak ketinggalan, dan kemudian kelompok Solo Batik Carnival, kemudian disusul pakaian daerah atau adat dari pewakilan provinsi di Indonesia. Karnaval juga dimeriahkan berbagai seni budaya daerah yang menampilkan kebolehannya di depan panggung kehormatan.
Karnaval budaya kemudian terakhir ditutup dengan dan tarian kolosal dengan yang melibatkan 200 penari dengan mengambil berjudul "Bangkit Indonesiaku", yang intinya mengajak masyarakat untuk melakukan revolusi mental saling menjaga kerukunan, persatuan, dan hidup bersama dengan beraneka ragam budaya di negara ini.
Wali Kota Surakarta F.X. Hadi Rudyatmo bersama wakil Wali Kota Achmad Purnomo dan sejumlah kepala daerah yang ikut karnaval budaya terlihat dengan menumpang Kereta Kencana juga ikut memeriahkan kirab budaya tersebut.
Menurut Kepala Dinas Kebudayaan (Disbud) Kota Surakarta Sis Ismiyati jumlah peserta yang mengikuti karnaval budaya dalam Pekan Kerja Nyata revolusi Mental Indonesia di Solo sebanyak 2.000 peserta yang terdiri dari 58 kontingen dan 32 provinsi di Indonesia.
Para peserta karnaval kata , Sis Ismiyati, menampilkan potensi budaya dan kesenian daerah masing-masing antara lain tarian adat reog ponorogo hingga Papua serta pakain adat sehingga sangta meriah.
Selain itu, kata dia, karnaval juga menampilkan tarian kolosal yang melibatkan 200 penari asal Kota Solo. Tari kolosal bertajuk Bangkit Indonesiaku, bercerita tentang perubahan manusia radikal menjadi manusia berpribadi baik yang diwujudkan dalam gerak tarian.
"Pada tarian itu, ada menggambarkan seorang tokoh yang menghambur-hamburkan uang kepada rakyat. Namun, dia berkat kesadaran berbangsa dan bernegara, revolusi mental mendapat perubahan drastis dari kebiasaan buruk menjadi baik," katanya.
Kendati demikian, pihaknya berharap dengan ditampilkan tarian kolosal yang membawa pesan revolusi mental tersebut dapat diimplementasikan dengan baik oleh masyarakat di Kota Solo.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017