Banda Aceh (ANTARA News) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) setempat mengaku, satelit tidak memantau kebakaran di hutan lindung yang ditumbuhi tanaman pinus di Kabupaten Pidie, Aceh.

"Ya. Kemarin (Sabtu, 26/8) pagi, memang sempat terpantau. Tapi, sore harinya sudah tidak ada lagi," tegas Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Kelas I Blang Bintang, Zakaria di Aceh Besar, Minggu.

Seperti dilaporkan, kebakaran telah melanda kawasan hutan lindung dengan tanaman pinus di Desa Krueng Seukeuk, Kecamatan Tangse, Pidie, Jumat (24/8), sekitar pukul 17.00 WIB.

Bahkan peristiwa terbakarnya hutan di area kawasan tersebut, terpantau oleh masyarakat setempat. Kobaran api yang membakar hutan pinus tersebut sempat membesar dan terlihat jelas di malam hari.

Zakaria mengatakan, BMKG pada hari terbakarnya hutan pinus, cuma mendeteksi 13 titik panas pada enam kabupaten di Aceh, tetapi tidak satu pun terpantau di Pidie.

Titik panas terbanyak terdeteksi berada di Nagan Raya lima titik, dan kemudian disusul tiga titik terpantau di Aceh Besar.

Lalu Aceh Barat terdeteksi dua titik panas, dan sisanya tiga titik lagi tersebar masing-masing satu titik di Aceh Barat Daya, Aceh Tengah, dan Aceh Jaya.

"Maaf, memang tidak terpantau titik panas yang terjadi di Tangse," tegasnya.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) sebelumnya mengatakan, walau secara nasional terdapat ratusan titik panas di Tanah Air, tapi tidak semua terpantau satelit.

"Di lapangan jumlah hotspot kemungkinan lebih banyak, karena adanya daerah-daerah yang tidak terlintasi satelit saat ada kebakaran hutan," ujar Kepala Data dan Informasi BNPB Sutopo Purwo Nugroho.

Pewarta: Muhammad Said
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017