Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak masyarakat, khususnya kepada guru, untuk ikut menyelamatkan generasi muda dari dampak globalisasi, seperti budaya hedonisme, menerapkan kebebasan tanpa batas dan mencari jalan pintas untuk mendapatkan sesuatu.
"Mari kita selamatkan generasi muda. Jangan hedonistik, jangan menerapkan kebebasan tanpa batas dan jangan mencari jalan pintas," kata Presiden Yudhoyono, pada acara silaturahmi dengan ratusan peserta Reuni Akbar Peserta Pelatihan dan Pendidikan Guru Angkatan I yang diselenggarakan PT Telkom Indonesia Tbk dan Harian Republika, di Istana Negara, Jakarta, Sabtu.
Ajakan untuk menyelamatkan generasi muda ini disampaikan Presiden kepada para guru yang hadir dalam acara tersebut.
Menurut Presiden, saat ini ada perkembangan kehidupan masyarakat yang membahayakan, sebagai dampak dari globalisasi, yang di samping membawa kebaikan, juga di sisi lain membawa serta nilai dan perilaku yang kurang baik.
Dampak negatif itu adalah budaya hedonisme atau keinginan untuk mengejar kesenangan duniawi, menerapkan kebebasan tanpa batas, mencari jalan pintas untuk mencapai tujuan.
Kepala Negara menambahkan, budaya hedonisme itu dekat dengan kejahatan dan narkoba karena menganggap uang, materi dan kesenangan hidup di atas segalanya. Sedangkan menerapkan kebebasan tanpa batas, merupakan tindakan yang jauh dari nilai, kultur dan agama manapun, karena mengganggu hak orang lain.
"Sedangkan kebiasaan mencari jalan pintas akan membahayakan, karena kalau ada masalah bukan diselesaikan dengan akal dan nalar sambil berdoa, tetapi ke dukun dan sebagainya. Ini juga berbahaya," katanya.
Jika ingin menjadi bangsa yang maju, kata Presiden, maka harus bekerja keras, tidak bisa dengan jalan pintas.
"Ingin kaya nanti bisa berbuat kejahatan, ingin menjadi pimpinan eksekutif mana pun dengan jalan pintas, nanti akan memakai cara-cara yang tidak benar, padahal untuk semua itu ada cost, mekanisme, dan kedewasaan," katanya.
Generasi muda memiliki potensi besar yang bisa dibangun menjadi generasi yang unggul, tambah Kepala Negara.
"Biarkan mereka berkarya mengembangkan potensi dengan metode dan pengasuhan yang tepat, karena mereka akan membawa bangsa Indonesia menuju kejayaan," katanya.
Presiden dalam acara tersebut didampingi Ibu Ani Yudhoyono. Nampak pula hadir sejumlah menteri kabinet, seperti Menko Kesra Aburizal Bakrie, Mendiknas Bambang Soedibyo, Menag M Maftuh Basyuni, Menkominfo M Nuh, Ketua BKPM Mohammad Luthfi, dan Sekkab Sudi Silalahi.
Sisihkan Dana CSR
Dalam kesempatan itu, Presiden Yudhoyono juga berjanji akan meminta Menteri Negara BUMN Sofjan Djalil agar paling tidak BUMN mengalokasikan dana Corporate Social Responsibility (CSR)-nya untuk melakukan program-program pemberdayaan masyarakat, seperti program pelatihan dan pendidikan guru yang dilakukan PT Telkom dan Harian Republika.
"Saya akan teruskan ke Menteri BUMN agar paling tidak BUMN mengalokasikan dana CSR-nya untuk model program seperti ini," katanya, seraya meminta program pelatihan guru semacam itu dilanjutkan.
Presiden mengatakan meski belum mencapai 20 persen seperti diamanatkan UUD 1945, tetapi pemerintah, DPR dan DPRD terus bekerja meningkatkan jumlah anggaran pendidikan.
Menurut Presiden, sekarang ini anggaran yang paling tinggi adalah pendidikan, meski pun jumlah itu belum cukup. Karena itu, penggunaannya jangan sampai salah sasaran.
"Jangan belok-belok, harus sampai tujuan yang dikehendaki sambil membangun ekonomi dan dunia usaha agar makin besar APBN dan makin banyak dana yang dialokasikan ke pendidikan," katanya.
Sementara itu, Dirut Telkom, Rinaldi Firmansyah, mengemukakan Telkom dan Republika percaya bahwa di samping menjalankan perusahaan dengan tujuan mencari keuntungan, tetapi juga harus pula mengembalikannya ke masarakat dalam berbagai bentu program pemberdayaan masyarakat.
Menurut dia, program Pelatihan dan Pendidikan Guru angkatan I yang berlangsung sejak April 2006 hingga April 2007 lalu itu merupakan bagian dari Corporate Social Responsibility Program yang dilaksanakan dengan tujuan memacu motivasi dan memberikan berbagai keterampilan kepada guru.
Sejumlah tokoh nasional turut serta memberikan pelajaran dan pengalamannya kepada para guru yang menjadi peserta pelatihan, seperti Ketua MPR Hidayat Nurwahid, Ketua Mahkamah Konstitusi Jimly Asshiddiqie, Jubir Kepresidenan Andi Mallarangeng, dan Staf Khusus Presiden bidang Komunikasi Politik, Yenni Wahid.
Sejumlah artis juga ikut berpartisipasi, seperti Neno Warisman, M Farhan, dan penyanyi Acil Bimbo.
Program Pelatihan dan Pendidikan Guru Angkatan II rencananya akan dimulai kembali untuk 10 angkatan di kota Jakarta, Bandung, Semarang dan Yogyakarta pada Juni 2007 sampai Juni 2008. Dalam angkatan ke-II itu, Telkom dan Republika menambah satu program baru, yaitu Generasi Baru Pesantren yang akan bekerjasama dengan Departemen Agama. (*)
Copyright © ANTARA 2007