"Jadi ini kelemahan kami. Kami belum punya pergerakan wisatawan ke dalam negeri. Setelah mereka mendarat di Cengkareng dan di stempel imigrasi, kita tidak tahu ke mana mereka pergi," ujar Deputi Pemasaran Wisatawan Mancanegara Kementerian Pariwisata, I Gede Pitana, di Bandung, Jumat.
Ia menyontohkan kedatangan wisatawan mancanegara ke Bandung hanya tercatat melalui Bandara Husein Sastranegara. Padahal, banyak di antara mereka datang melalui Bandara Cengkareng, Jakarta.
Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Bandung juga begitu. "Kami menghitung angka yang masuk di Husein Sastranegara. Sehingga lebih kecil dengan angka yang dihitung. Mungkin saja yang nginap di Bandung mereka yang turun di Cengkareng," kata dia.
Untuk itu, ia meminta agar seluruh kepala daerah yang menjadi tujuan wisata dapat bekerja sama dengan otoritas terkait di wilayahnya seperti keimigrasian. Dengan begitu, jumlah pasti wisatawan yang datang ke suatu daerah, dapat diketahui.
Badan Promosi Pariwisata Daerah Kota Bandung juga begitu. "Kami menghitung angka yang masuk di Husein Sastranegara. Sehingga lebih kecil dengan angka yang dihitung. Mungkin saja yang nginap di Bandung mereka yang turun di Cengkareng," kata dia.
Untuk itu, ia meminta agar seluruh kepala daerah yang menjadi tujuan wisata dapat bekerja sama dengan otoritas terkait di wilayahnya seperti keimigrasian. Dengan begitu, jumlah pasti wisatawan yang datang ke suatu daerah, dapat diketahui.
Dia menyinggung jumlah uang yang mereka habiskan selama di Jakarta. Rata-rata wisatawan mancanegara menghabiskan uang hingga 1.200 dolar Amerika. Lebih tinggi dibanding di Singapura dan Malaysia.
"Di Malaysia sekitar 700-an dolar, di Singapura 800-900 dolar. Itu data 2016," kata dia.
Pewarta: Asep Firmansyah
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017