Pontianak (ANTARA News) - Seorang bayi dengan berat 6,3 kilogram, lahir dari pasangan Suandi (37) dan Endang Sunengsih (27) di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Landak, Ngabang, Selasa (22/8).
"Tak ada yang berbeda dari hamil sebelumnya, dari makanan semuanya normal," ujarnya di Ngabang, Jumat.
Sementara sang ayah, Suandi (37) menuturkan, baru mengetahui kalau bayinya berukuran besar beberapa saat sebelum istrinya melahirkan. Persalinan putra keduanya itu kemudian dilakukan dengan cara operasi sesar.
"Saya bangganya luar biasa. Karena tes USG sebelumnya waktu masih delapan bulan, beratnya 4 kilogram. Akhirnya satu-satunya jalan ya operasi sesar. Tapi syukurlah semuanya lancar," kata warga Gang Tanjungpura 4, Desa Hilir Kantor Kecamatan Ngabang ini.
Ia mengaku, si bayi membutuhkan ukuran popok lebih besar dari popok bayi yang baru lahir. Sampai saat ini, ia masih memikirkan pakaian untuk si bayi karena ukuran di luar perkiraan dan persiapan pasangan ini. Untungnya, anak pertamanya sudah berusia dua tahun, si bungsu pun menggunakan popok dan pakaian dari sang kakak.
"Itu (pakaian si bayi) masih kami pikirkan. Karena kalau mau beli lagi, jujur saja kami belum mampu, mungkin dari keluarga atau tetangga bisa membantu," katanya.
Saat ini, sang ibu masih mendapatkan perawatan setelah melalui proses persalinan sesar. Begitu pula si bayi, terpaksa diberikan infus dan bantuan pernafasan karena menurut tim dokter, dengan bobotnya yang besar untuk ukuran bayi yang baru lahir, masih perlu mendapatkan perawatan dan pengawasan dari rumah sakit.
Anjuran dari dokter, bayi itu harus diawasi paling cepat empat hari. Akan tetapi, ia masih agak ragu untuk membawa istri dan anaknya pulang.
"Dilihat dululah keadaannya, karena kami ini kan kurang mampu. Terutama dari dananya. Dari dokter memang diminta untuk sering-sering konsultasi," katanya.
Menurut diagnosis dokter, kadar gula si bayi dalam kategori rendah. Sehingga, si bayi masih harus di rawat di ruang perawatan khusus.
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Landak, Pius Edwin, ditemui di ruang kerjanya mengatakan, perawatan lanjutan diberikan kepada si bayi lantaran kadar gulanya tergolong rendah. Dari yang harusnya 80, si bayi hanya memiliki kadar gula 20.
"Setelah dua hari diberikan infus dan perawatan lain, sudah memberikan tanda-tanda peningkatan, kadar gula sudah membaik di angka 25," katanya.
Pada umumnya ketika itu sesuatu diluar batas normal, si bayi wajib mendapatkan kontrol kesahatan secara rutin.
"Harus ada pemeriksaan lanjutan setelah si bayi dan orang tua pulang. Kontrol anaknya, kontrol juga ibunya," jelas Edwin.
Ia melanjutkan, yang perlu diperhatikan adalah perawatan lanjutan mengingat dengan bobotnya yang besar, dapat mempengaruhi metabolisme anak itu sendiri.
Ia mengaku akan meminta izin dari pihak keluarga untuk melakukan pengecekan lanjut pada kondisi kesehatan si bayi. Sejauh ini kondisi anak dan ibu dalam keadaan normal dan sehat.
Dari riwayat pemeriksaan kehamilan, secara rutin di bidan, memang tidak ada keluhan berarti. Dari riwayat kehamilan pertama juga cukup besar, dengan berat 3,6 kilogram. Selama hamil, sang ibu juga mengaku tak pernah mengonsumsi makanan yang dengan kadar gula tinggi..
Memang, riwayat sang ibu memiliki berat badan cukup besar. Selama hamil berat badan bertambah 15 Kg.
"Sebenarnya itu dalam batas yang wajar dalam kehamilan akan ada pertambahan berat badan, air plesenta atau berat ketuban juga akan mempengaruhi berat badan," jelasnya.
Pewarta: Teguh Imam W dan Kundori
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017