Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat, Jumat, mendesak China agar membebaskan semua tahanan yang masih dipenjarakan terkait kegiatan pembantaian di Lapangan Tiananmen, 4 Juni 1989. Ratusan, bahkan mungkin ribuan pemrotes tak bersenjata tewas oleh tentara China ketika tentara diperintahkan untuk menghentikan enam pekan protes pro-demokrasi. Peristiwa itu tetap menjadi masalah politik paling sensitif di China. Beijing telah berulangkali membantah pendapat bahwa ratusan orang tewas dalam penindasan tersebut, dan berkeras bahwa caranya menangani protes perlu dilakukan guna menjamin kestabilan dan pertumbuhan ekonomi China. "Sementara Pertandingan Olimpiade 2008 kian dekat, masyarakat internasional akan menempatkan China pada pengamatan yang lebih seksama," kata jurubicara Departemen Luar Negeri AS Tom Casey dalam pernyataan yang menandai peringatan ke-18 mengenai apa yang disebutnya "peristiwa tragis dan brutal" Lapangan Tiananmen. "Kami mendesak Pemerintah China agar bergerak maju dengan mengkaji kembali Tiananmen, dengan membebaskan semua tahanan era-Tiananmen, dan menghentikan pelecehan terhadap keluarga korban Tiananmen. "Semua tindakan ini, bersama dengan langkah untuk melindungi kebebasan mendasar warganegara China yang diakui oleh masyarakat internasional, akan membantu China mencapai sasarannya berupa proyeksi citra positif," katanya. Pemerintah China terus "menindas kenyataan dasar mengenai protes Tiananmen dan pembantaian setelahnya. Banyak orang di China dan tempat lain tak menyadari bahwa ribuan warganegara China ditangkap dan dihukum tanpa proses pengadilan pada 1989, dan sebanyak 100-200 orang masih mendekam di dalam penjara karena mereka melakukan kegiatan yang berkaitan dengan peristiwa Tiananmen," demikian antara lain isi pernyataan yang disiarkan oleh Departemen Luar Negeri AS. "Laporan yang mungkin dan sepenuhnya oleh Pemerintah China mengenai mereka yang tewas, ditahan atau hilang sudah lama lewat. Keluarga korban dan warganegara biasa di China layak mendapat penjelasan," kata Casey.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007