Jambi, Jambi (ANTARA News) - Akademisi Universitas Jambi, Prof Amri Amir, menilai, kesepakatan Indonesia dan Rusia terkait imbal beli berbagai komoditas dari Indonesia dengan 11 pesawat tempur Sukhoi Su-35 dari Rusia, akan berdampak positif terhadap perdagangan.

"Tentu kesepakatan ini baik dan akan meningkatkan kinerja ekspor komoditas karena ada pangsa pasar yang baru," katanya, di Jambi, Kamis.

Dia juga menyinggung kampanye negatif soal minyak kelapa sawit Indonesia. Dia bilang, "Karena selama ini juga berimbas pada kampanye negatif penggunaan minyak sawit di Uni Eropa dan Amerika Serikat, termasuk terhadap resolusi parlemen Eropa dan Norwegia."

Jambi juga produser utama minyak kelapa sawit dan karet nasional. Kesepakatan imbal dagang berlatar pembelian 11 unit Sukhoi Su-35 ini diharapkan memberi dampak positif bagi perekonomian Jambi.

"Komoditas minyak kelapa sawit dan karet sudah menjadi komoditas unggulan Jambi, dan selama ini harga kedua komoditas tersebut mengalami tekanan, jadi dengan ada pasar baru maka petani juga harus mendapatkan harga jual yang lebih baik," katanya.

Sementara itu, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Provinsi Jambi mencatat produk CPO setempat setiap tahun bisa mencapai 2,1 juta ton. Sedangkan rata-rata CPO asal Jambi dan turunannya yang diekspor melalui Pelabuhan Dumai bisa mencapai 1,3 juta ton.

Akan tetapi, jenis-jenis komoditas perkebunan, patokan harga, dan beberapa hal lain masih harus dirundingkan untuk disepakati antara Indonesia dan Rusia. Pemerintah menunjuk BUMN PT Perusahaan Perdagangan Indonesia sebagai pelaksana teknis imbal dagang itu, sementara Rusia menunjuk BUMN mereka, Rostec.

Pewarta: Dodi Saputra
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017