Jakarta (ANTARA News) - Harga garam di Pasar Kalibata Jakarta Selatan, melonjak hingga Rp70.000 per karung isi 50 kilogram padahal pemerintah mulai menggelontorkan garam impor sebanyak 75.000 ton antara lain dari Australia

Seorang pedagang sembako, Nanang (50) mengatakan kepada Antara di Jakarta, Kamis bahwa garam satu karung isi 50 kilogram dijual seharga Rp70.000 melonjak tiga kali lipat dari harga sebelumnya Rp22.000.

"Kenaikan harga garam sampai saat ini masih melampaui batas sedangkan katanya Indonesia kaya akan sumber daya alamnya," katanya.


Ia mengatakan harga sembako yang paling melonjak drastis adalah garam, padahal pada tahun sebelumnya belum pernah ada kenaikan harga sembako yang terlalu tinggi seperti bahan pokok garam. Dirinya juga mengeluhkan harga garam di tokonya masih belum stabil.


Ia menambahkan adanya stok garam impor belum membuat harga garam turun namun malah menjadi stabil mahal.

"Harga satu bungkus garam saat masih naik Rp5000 sekarang dijual seharga Rp2.500 sampai Rp4.000," katanya.


Ia berharap melonjaknya harga garam ini dapat segera dikurangi pemerintah.


Pedagang sembako lain di Jakarta Ida (32), juga merasakan melonjaknya harga garam. Ida mengatakan untuk satu bungkus garam dapur ukuran kecil mulai dijual seharga Rp6000 sebelumnya Rp2.500, sedangkan untuk satu bungkus garam dapur ukuran sedang dijual seharga Rp15.000 berbeda dengan dua bulan lalu seharga Rp10.000.

Menurut Ida, selain harga garam terus melonjak, daya beli masyarakat terhadap garam ikut menurun padahal pasokan garam di tokonya sudah tersedia atas bantuan impor pemerintah.

"Mendekati Idul Adha, pembeli seharusnya lebih sering membeli bahan pokok seperti garam, tapi sekarang jarang pembeli," kata Ida.

Ida mengaku selain harga garam, maka harga bahan pokok lain seperti cabai rawit sebelum lebaran Idul Fitri dijual Rp50.000 per kilogram melonjak Rp80.000 per kilogram dan harga bawang putih melonjak menjadi Rp36.000 per kilogram yang dari sebelumnya Rp22.000.

(Baca: Harga garam di Jember meroket lagi)

Pewarta: Rania-Arnaz
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2017