Bandung (ANTARA News) - PT Phapros Tbk anak usaha PT Rajawali Nusantara Indonesia bidang farmasi dan alat kesehatan optimistis dapat mengejar target pendapatan 2017 sebesar Rp1 triliun pada semester II, meski hingga semester I pendapatan baru sebesar Rp379,5 miliar.
"Ada yang harus dikejar lebih cepat, bisnis farmasi semester kedua memang belanja lebih banyak, sementara semester pertama 'slow down'. Ini siklus belanja pemerintah," tutur Direktur Utama PT Phapros Tbk Barokah Sri Utami di Bandung, Selasa.
Barokah memperkirakan pada Desember 2017 target tersebut dapat tercapai karena pola belanja pemerintah yang mulai naik sejak Juli.
Ia menuturkan penjualan hingga Juni 2017 sebesar Rp379,5 miliar meningkat dibandingkan tahun lalu bulan sama sebesar Rp351,6, yakni tumbuh 7,9 persen.
Produk yang mengalami pertumbuhan dibanding 2016, tutur Barokah, adalah obat bebas yang bisa dapatkan tanpa resep dokter (OTC), misalnya produk andalan Antimo.
Selain OTC, produk etikal seperti Dextamine yang bisa diperoleh di apotek serta toll manufacturing juga tumbuh penjualannya.
Ada pun laba bersih pada semester I 2017 PT Phapros Tbk sebesar Rp35,3 miliar hingga Juni 2017 melonjak 24,3 persen dibanding periode sama tahun lalu yang hanya Rp28,4 miliar. Sementara target laba bersih pada 2017 sebesar Rp100 miliar.
Phapros telah mendapatkan certifikasi CPOB sejak tahun 1990 serta perolehan sertifikat ISO 9001 pada 1999 (yang ditingkatkan menjadi Sertifikat ISO 9001 versi 2008), Sertifikat ISO 14001 pada 2001 (yang telah ditingkatkan menjadi ISO 14001:2004), Sertifikat OHSAS 18001:2007 pada 2010, dan Sertifikat ISO 17025dari Komite Akreditasi Nasional (KAN) untuk Laboratorium Kalibrasi.
Saat ini Phapros memproduksi lebih dari 250 item obat, diantaranya adalah obat hasil pengembangan sendiri dan salah satu produk unggulan Phapros yang menjadi pemimpin pasar di katagorinya adalah Antimo.
Pewarta: Dyah Dwi A
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017