Kabul (ANTARA News) - Juru bicara kelompok bersenjata Taliban di Afghanistan pada Selasa mengecam rencana Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk mengirim tentara tambahan dan mempertahankan kehadiran pasukan di negara Asia Selatan tersebut tanpa batas waktu yang ditentukan.
"Alih-alih meneruskan perang di Afghanistan, Amerika Serikat seharusnya berpikir untuk menarik tentara mereka dari negara ini," kata juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahid dalam pernyataan tertulis yang disiarkan beberapa jam setelah pidato Trump soal kebijakan Washington di Afghanistan dan Asia Selatan.
Mujahid mengatakan bahwa "sepanjang ada satu saja tentara Amerika Serikat di negara kami," kata para gerilyawan, "maka kami akan meneruskan perlawanan."
Sementara itu di London pada Selasa, Inggris menyambut baik komitmen dari Trump untuk meningkatkan intensitas operasi militer untuk menumpas Taliban di Afghanistan.
Sebelumnya pada Senin malam waktu AS, Trump memutuskan untuk tetap meneruskan keterlibatan Amerika Serikat untuk berperang di Afghanistan tanpa batas waktu yang ditentukan. Trump menjilat ludah sendiri mengingat pada masa kampanye tahun lalu dia mengkritik kebijakan perang yang dinilai terlalu banyak menghabiskan anggaran negara.
Perang di Afghanistan adalah konflik terlama yang melibatkan Amerika Serikat. Sejak tahun 2001 lalu, saat Washington menggalang koalisi NATO menginvasi Afghanistan untuk menggulingkan rezim Taliban, Amerika Serikat sudah menghabiskan 700 milyar dolar AS.
Konflik yang sama juga telah menewaskan lebih dari 2.400 tentara Amerika Serikat.
Setelah 16 tahun berperang, saat ini Taliban justru semakin kuat dengan menguasai sejumlah wilayah di Afghanistan. Situasi tersebut memunculkan kekhawatiran akan terulangnya peristiwa tahun 1996, Saat kelompok Taliban berhasil menguasai pemerintahan dan memberikan tempat bagi Al Qaeda yang kemudian sukses merencanakan serangan 11 September 2001 di New York dan Washington.
Sementara itu Inggris, bersama sejumlah sekutu di Eropa juga sudah berjanji akan mengirim tentara tambahan ke Afghanistan pada Juni lalu. DI sisi lain, Menteri Pertahanan Amerika Serikat James Mattis mengatakan bahwa jumlah tentara asing di Afghanistan berkurang banyak dalam waku yang cepat.
"Komitmen Amerika Serikat adalah kabar yang kami sambut dengan baik," kata Menteri Pertahanan Inggris Michael Fallon dalam pernyataan tertulis.
"Dalam pembicaraan telepon saya dengan Menteri Mattis sehari lalu, kami sepakat bahwa meski banyak tantangan, kami akan tetap mempertahankan pasukan di Afghanistan untuk mempertahankan demokrasi yang rapuh di negara tersebut sekaligus mengurangi ancaman terorisme bagi negara-negara Barat," kata dia.
"Ini adalah kepentingan bersama kami semua, agar Afghanistan menjadi negara yang lebih sejahtera dan aman. Dan bahwa kami juga mengumumkan pengiriman tentara tambahan pada Juni lalu," kata Fallon, demikian dilaporkan Reuters.
(UU.G005/M007)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017