Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin sore, bergerak menguat sebesar 22 poin menjadi Rp13.340 per dolar AS dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.362 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Mata uang dolar AS mengalami tekanan terhadap sejumlah mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah di tengah situasi geopolitik semenanjung Korea kembali menghangat," kata Analis Monex Investindo Futures Putu Agus di Jakarta.
Ia mengatakan bahwa aset-aset "safe haven" selain dolar AS kembali menjadi incaran pelaku pasar uang untuk menjaga nilai. Saat ini, yen Jepang menjadi mata uang "safe haven" yang menarik bagi investor, situasi itu turut berdampak positif bagi mata uang di kawasan Asia, termasuk rupiah.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang relatif stabil juga turut menjadi penopang mata uang berbasis komoditas seperti rupiah. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude berada di posisi 48,52 dolar AS per barel, dan Brent Crude di level 52,52 dolar AS per barel.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa permintaan nilai tukar rupiah cukup tinggi seiring dengan pasar surat utang atau obligasi di dalam negeri yang kondusif.
"Permintaan rupiah diproyeksikan cenderung meningkat seiring dengan peringkat investasi Indonesia yang berada dalam level investment grade. Pelaku pasar cenderung memilih melakukan pembelian pada obligasi tenor panjang secara bertahap," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Senin ini (21/8) rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.355 dibandingkan posisi sebelumnya Rp13.368 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017