"Semua persyaratan untuk menjadikan Makassar sebagai ibu kota telah dikaji oleh teman-teman di ITS dan saya rasa kajiannya itu ilmiah," ujar Danny--sapaan akrab Ramdhan Pomanto di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.
Ia mengatakan, kajian yang dilakukan oleh pakar Perencanaan Wilayah Kota (PWK) Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya itu juga dihadirinya beberapa saat lalu.
Danny menyatakan, kajian itu menempatkan Makassar sebagai kandidat terkuat menjadi ibu kota negara menggeser Palangka Raya, Kalimantan Tengah, yang dinilai kurang cocok menggantikan DKI Jakarta sebagai ibu kota negara karena tergolong daerah pedalaman.
"ITS merumuskan tiga kriteria umum ibu kota negara Indonesia di masa depan yang jika dicermati bersesuaian dengan Makassar," kata Danny.
Karakter pertama, ibu kota baru Indonesia adalah kota marina, yaitu kota yang mencerminkan karakter yang kuat akan ciri negara kepulauan (archipelago capital city) yang dikenal juga sebagai negara maritim dengan memanfaatkan potensi marina, bukan pedalaman.
Kedua, kota tersebut mampu mengakomodasi kegiatan inti dan menyebarkan kegiatan pendukungnya mengikuti potensi masing - masing daerah. Koneksi antara kota inti dan pendukung dijalankan dengan pemanfaatan Iptek sehingga berjalan efisien dan efektif.
Lokasi ibu kota harus berada relatif di wilayah tengah Indonesia. Titik tengah Indonesia berada di antara Kalimantan Timur dan Sulawesi Tengah. Hal itu untuk mengatasi ketimpangan antara Indonesia bagian barat dengan bagian timur.
Ketiga, dilakukan pembatasan variansi kegiatan di dalam ibu kota baru yang dapat mengubah wajah Indonesia dari Jawa based menjadi negara kepulauan dengan mempertimbangkan jalur fiber optic backbond nasional.
Kriteria umum yang dihasilkan pakar ITS berdasarkan studi akademis, mencerminkan kondisi kekinian Makassar yang dikenal sebagai "water front city" dan telah lama mentasbihkan diri sebagai "smart city" yang menerapkan digital informasi dalam tata kelola pemerintahannya.
Pewarta: M Hasanuddin
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017