Jakarta (ANTARA News) - "Kita belum pernah mempersiapkan tim 3X3 dengan sangat-sangat matang," ujar Kepala Sub-Bidang 3X3 Pengurus Besar Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (PB Perbasi) Anthony Gunawan dalam perbincangan dengan Antara, Jumat (18/8).
Pernyataan Anthony bukan tanpa alasan. Selama ini, ketika ada turnamen 3X3 atau bola basket tiga lawan tiga internasional, Indonesia cenderung mempersiapkan tim dalam waktu yang mepet dengan pilihan pemain terbatas.
Memang, dalam beberapa kesempatan di kondisi seperti itu tim 3X3 Indonesia berhasil mendapatkan prestasi tertinggi seperti menjadi juara Federasi Bola Basket Internasional (FIBA) 3X3 World Tour Masters tahun 2013 dan juara Kejuaraan Asia U-18 FIBA untuk sektor putri tahun 2017.
Namun, hal tersebut tidak bisa menutupi keadaan bahwa tim 3X3 Indonesia belum memiliki kerangka tim nasional 3X3 yang kokoh, berjenjang di kelompok umur.
Soal inilah yang menjadi perhatian serius Perbasi, sampai akhirnya mendapat momentum dengan datangnya kabar bahwa untuk pertama kalinya dalam sejarah 3X3 secara resmi menjadi nomor pertandingan cabang olahraga bola basket di Asian Games, tepatnya Asian Games Ke-18 2018 di mana Indonesia menjadi tuan rumah.
Di tengah kabar lanjutan bahwa 3X3 juga disahkan menjadi nomor pertandingan resmi di Olimpiade Tokyo 2020, Perbasi pun langsung berbenah menyiapkan tim nasional. Target lalu dipasang, mencapai empat besar Asian Games 2018 untuk tim putra dan putri.
Menurut Anthony Gunawan yang menjadi pelatih tim Indonesia yang berlaga di FIBA 3X3 World Tour Masters 2013, Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) pun memasukkan 3X3 ke salah satu nomor yang berpotensi mendapatkan medali.
"Peluang 3X3 untuk berprestasi di Asian Games 2018 lebih besar daripada peluang bola basket konvensional lima lawan lima," tutur Anthony.
Perbasi sendiri sudah menyerahkan program persiapan tim 3X3 sejak September 2017 sampai Agustus 2018 kepada Satlak Prima, tetapi masih harus dikaji dan diselaraskan dengan program pemerintah.
Sembari menunggu hal itu, Perbasi gencar mencari kelengkapan tim nasional, yaitu manajer, pelatih, dan tentunya pemain. Adapun pemain yang dimaksud, yaitu harus mereka berumur maksimal U-23 karena nomor 3X3 di Asian Games Indonesia mewajibkan setiap tim menurunkan pemain paling tua berusia 23 tahun atau U-23.
Targetnya, sudah ada 16 nama pemain putra dan 16 pemain putri sampai akhir Oktober 2017 atau awal November 2017, yang didapatkan melalui seleksi nasional. Setelah itu, pada November 2017, kembali dilakukan penyaringan demi memperoleh masing-masing 12 atlet untuk putra dan putri.
"Jadi, nama 12 pemain putra dan 12 pemain putri itulah yang akan masuk dalam surat keputusan atau SK Satlak Prima. Mereka akan diikutkan pemusatan latihan (TC) dan beragam uji coba. Sebanyak masing-masing empat nama pemain inti timnas putra dan putri untuk Asian Games 2018 nanti tidak akan jauh dari para atlet tersebut," kata Anthony.
Beberapa pemain putra dan putri U-23 sudah masuk dalam radar pantauan Perbasi, bahkan ada nama-nama yang berasal dari Manado serta Papua, wilayah yang bisa dikatakan jarang menyumbang atlet bola basket, baik konvensional lima lawan lima maupuan 3X3.
Yang juga tak kalah penting adalah mencari seorang manajer timnas putra dan putri. Peran manajer dianggap sangat vital karena manajer adalah pihak yang ikut menentukan pelatih dan yang mengarahkan tim.
Bisakah Bersaing?
Fandi Andika Ramadhani, pemain Liga Bola Basket Indonesia (IBL) yang juga aktif di 3X3 yakin Indonesia memiliki kesempatan berprestasi di 3X3 Asian Games 2018, meski ajang tersebut dipastikan akan diikuti negara-negara dengan tim 3X3 mumpuni, seperti Jepang, Kazakhstan, dan China.
Rama, panggilan akrabnya, berkaca dari prestasi Indonesia di Kejuaraan Asia U-18 FIBA di Malaysia pada Mei 2017 lalu di mana timnas putri bisa keluar sebagai juara meski tidak diunggulkan.
Ketika itu, timnas putri 3X3 U-18 Indonesia yang diperkuat Lea Kahol, Michelle Kurniawan, Nathania Claresta, dan Valencia Pramono bisa ke final dan merengkuh tropi setelah mengalahkan lawan-lawan sulit, seperti Taiwan dan China.
"Kesempatan itu selalu ada, apalagi jika persiapan timnas kita bagus," ujar Rama.
Persiapan yang bagus juga harus disertai banyak kompetisi, ucap pemain senior 3X3 lain yang juga berkiprah di IBL, Vinton Nolland Surawi. Pertandingan demi pertandingan di sela TC akan membuat tim menjadi lebih matang.
"Laga uji coba menjadi tolak ukur kemajuan dan kekurangan tim, termasuk individu," kata Vinton, yang bersama Diftha Pratama, Avan Seputra, dan Widyanta Putra Tedja akan memperkuat tim 3X3 Indonesia di ajang Asian Indoor and Martial Arts Games (AIMAG) 2017 di Ashgabat, Turkmenistan, 15-24 September 2017.
Sejatinya, 3X3 memang bisa disebut "olahraga bola basket untuk semua". Pada tahun 2007, FIBA resmi memasukkan 3X3 sebagai disiplin olahraga bola basket untuk memberikan kesempatan kepada masyarakat akar rumput, yang memiliki keterbasan infrastruktur untuk bermain bola basket konvensional lima lawan lima, agar bisa menunjukkan prestasi di tingkat internasional.
Hal inilah yang menjadi alasan mengapa negara-negara yang tidak memiliki tim bola basket konvensional mumpuni, bisa memiliki tim 3X3 yang solid. Negara seperti Qatar, yang sulit bersaing di bola basket lima lawan lima tingkat dunia, bisa menjadi juara dunia 3X3 pada tahun 2014 dan juara dunia 3X3 U-18 pada tahun 2016.
Indonesia juga pernah membuat kejutan yang sama. Setelah secara mengejutkan tim putra 3X3 menjadi juara FIBA 3X3 World Tour Masters tahun 2013, Indonesia kembali menyentak kala tim putri 3X3 U-18 menjadi yang terbaik di Kejuaraan Asia yang digelar Mei 2017, mengangkangi negara-negara yang sepertinya hampir mustahil dilampaui di bola basket konvensional, seperti Jepang dan China.
Akan tetapi, tentu tidak baik terus berharap pada "kejutan". Legenda Satria Muda sekaligus mantan center tim bola basket nasional Indonesia Rony Gunawan berharap Indonesia bisa memunculkan pemain-pemain 3X3 yang bisa bersaing di level tertinggi melalui seleksi ketat yang diadakan jauh hari.
"Tim 3X3 yang bermain di level atas punya pemain dengan fisik rata-rata 200 centimeter dan berat sekitar 100 kilogram. Keterampilan atau skill harus diimbangi dengan postur, kekuatan, dan stamina," kata Rony, yang menjadi pelatih timnas 3X3 putra Indonesia di Kejuaraan Dunia U-18 Juni 2017, di mana Indonesia tersingkir karena hanya sekali menang dari tiga laga.
Kalau melihat peringkat terkini FIBA, data sampai 19 Agustus 2017, Indonesia berada di posisi ke-44 dunia dari 186 negara. Walau peringkat itu sudah menjadikan Indonesia tim berposisi tertinggi di Asia Tenggara, di Asia, Indonesia berada di posisi ketujuh di bawah Jepang, Kazakhstan, Kyrgyzstan, China, Turkmenistan, dan Yordania.
Memang, posisi di FIBA tidak akan berpengaruh dalam pertandingan di lapangan. Akan tetapi, ranking tersebut menentukan dalam pembagian pot untuk penentuan grup Asian Games. Semakin tinggi peringkat di FIBA, semakin terhindar kesempatan bertemu tim-tim kuat.
Posisi di peringkat 3X3 FIBA sendiri ditentukan dengan sistem poin. Sebuah negara akan semakin tinggi poinnya jika federasi bola basket di negara tersebut banyak menyelenggarakan kompetisi-kompetisi 3X3 FIBA, terutama level internasional dan timnas negara itu bisa melaju jauh di turnamen-turnamen dunia yang diikuti.
Selanjutnya, ada pula poin individu pemain yang ditentukan dari seberapa sering pemain tersebut mengikuti kompetisi 3X3 FIBA dan sampai sejauh mana dia melaju di kejuaraan tersebut. Nantinya poin para pemain berperingkat 100 besar nasional akan berpengaruh ke poin negara.
"Meskipun demikian, bisa saja dalam pembagian grup Asian Games 2018, Indonesia bisa memiliki keuntungan karena tuan rumah. Itu juga bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari strategi," tutur Kepala Sub-Bidang 3X3 Perbasi, yang juga Manajer Kompetisi 3X3 Asian Games 2018 Anthony Gunawan.
Jalan menuju Asian Games Ke-18 2018 memang masih panjang, masih ada sekitar satu tahun lagi sebelum upacara pembukaan dimulai, 18 Agustus 2018.
Selain keberadaan infrastruktur yang terus digenjot, tentu persiapan tim mulai dari atlet hingga ofisial juga perlu diperhatikan secara serius.
Oleh karena itu, keinginan 3X3 Indonesia sebagai disiplin olahraga baru di Tanah Air, bahkan baru diakui Perbasi tahun 2015, untuk serius mempersiapkan diri menuju Asian Games 2018 perlu diapresiasi.
"Sebelum ini, kita belum pernah mempersiapkan tim 3x3 dengan sangat-sangat matang. Belum pernah karena sepertinya belum banyak yang percaya 3X3 Indonesia bisa berprestasi. Sebab itu, kami ingin melakukan semua secara bertahap. Meyakinkan orang lain memang butuh proses," ujar Anthony.
Pewarta: Michael Teguh Adiputra Siahaan
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2017