Dili (ANTARA News) - Perdana Menteri sementara Timor Leste, Jumat, berjanji menindak keras mereka yang terlibat bentrokan antara para pendukung kampanye partai-partai politik yang berlawanan di kota kedua terbesar di negara tersebut.
Beberapa orang menderita luka-luka ketika aksi kekerasan meletus pada saat berlangsung rapat umum di Baucau antara para pendukung dari partai baru mantan Presiden Xanana Gusmao dan Partai Fretilin yang mendominasi pemerintahan, kata suratkabar Timor Leste.
Kampanye dimulai pada pekan ini untuk pemilihan umum 30 Juni, yang akan memilih seorang perdana menteri baru dan anggota parlemen.
Perdana Menteri Estanislau da Silva mengatakan bentrokan-bentrokan yang terjadi Kamis merupakan langkah mundur bagi negara itu.
"Tak seorangpun mendukung kejadian ini. Tindakan-tindakan keras akan diambil terhadap pihak-pihak yang bertanggunjawab. Ini penting, untuk menunjukkan bahwa kami menginginkan negara kami maju, damai dan stabil," kata da Silva kepada para wartawan Jumat.
Dia mengambil alih jabatan bulan lalu dari pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Jose Ramos-Horta, yang terpilih menjadi presiden dengan kemenangan mayoritas, yang meningkatkan harapan bahwa dia akan berhasil mengentas negara itu dari lingkaran kekerasan dan kemiskinan.
Seorang terbunuh dalam bentrokan pekan ini ketika sebuah granat tangan meledak dalam suatu pertempuran antar geng di ibukota, kata petugas kepolisian, seperti dilaporkan AFP.
Ketegangan-ketegangan bergolak kembali sejak negara kecil itu terperosok ke dalam kerusuhan akhir Mei pada waktu pertempuran antar kelompok-kelompok di dalam militer dan antara polisi bercampur dengan kekerasan antar geng, meletus.
Sedikitnya 37 orang tewas, 150.000 orang lainnya terpaksa meninggalkan rumah mereka dan tentara penjaga perdamaian asing digelar untuk memulihkan ketenangan.
Ketakutan-ketakutan terjadinya kerusuhan diperkirakan akan terus berlanjut sampai pemilu 30 Juni, yang dipicu oleh para pendukung saling mengalahkan kandidat mereka.
Timor Leste yang hingga kini dalam keadaan miskin memperoleh kemerdekaan pada tahun 2002 setelah pemberontakan berdarah untuk memisahkan diri dari Indonesia, tiga tahun sebelumnya. (*)
Copyright © ANTARA 2007