Kotabaru (ANTARA News) - Sekitar 400 unit bagan atau perangkap ikan yang dipasang nelayan di perairan Kabupaten Kotabaru, Kalimantan Selatan, ambruk karena diterjang angin kencang dan gelombang tinggi.
Ketua Kelompok Pengawasan Masyarakat Nelayan (Pokwasmas) Kotabaru, Abdul Mulud, di Kotabaru, Sabtu, mengatakan akibat angin kencang dan gelombang tinggi menyebabkan ratusan bagan milik nelayan ambruk.
"Cuaca ekstrem yang terjadi sejak Juli, terjadi angin kencang dan gelombang tinggi," katanya.
Sekretaris Kelompok Pengawasan Masyarakat Nelayan, Mulyadi, menambahkan selain 400 buah bagan ambruk, gelombang tinggi dan angin kencang juga menyebabkan sekitar 100 buah bagan kondisinya miring.
"Kalau yang mereng masih bisa diperbaiki, namun yang runtuh sudah tidak bisa diapa-apakan lagi, terkecuali membangun kembali," tambahnya.
Dikatakan, jumlah bagan nelayan di Desa Gedambaan dan sarangtiung, Kecamatan Pulaulaut Utara diperkirakan 800 buah, namun dengan runtuhnya 400 bagan dan mereng sekitar 100 buah bagan maka sisa bagan yang bisa dioperasikan untuk menangkap ikan tinggal sebagian kecilnya saja.
Seorang nelayan di Sarangtiung, Abah Fadiel, menuturkan, akibat ambruknya bagan tersebut, nelayan merugi hingga puluhan juta rupiah perorang, bahkan sebagian mereka juga rugi hingga ratusan juta rupiah untuk beberapa unit bagan.
"Untuk membangun satu unit bagan biayanya mencapai sekitar Rp50 juta," katanya.
Mengurangi biaya pembangunan bagan, lanjut Abah Fadiel, sebagain nelayan terpaksa bergotong royong untuk mencabut kembali kayu atau tiang bagan yang masih bisa diselamatkan untuk ditarik ke pesisir atau daratan agar tidak tenggelam ke dasar laut.
Terutama tiang yang diselamatkan adalah tiang pokok, yang tingginya lebih 15 meter, karena harganya bisa mencapai jutaan rupiah berbijinya.
Dengan ambruknya ratusan bagan, maka sebagian besar nelayan di Kotabaru khususnya yang menggunakan alat tangkap dengan bagan, memilih bersitirahat menunggu gelombang teduh atau landai.
Selain karena baganya rusak tidak bisa dioperasikan, mereka juga takut melaut karena gelombang saat ini cukup membahayakan bagi nelayan.
Sebagian nelayan mencari pekerjaan lain di daratan, dan sebagian lainnya terpaksa memanfaatkan uang tabungan untuk biaya hidupo sehari-hari dan biaya anak sekolah.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Kotabaru Muchran, mengemukakan, hingga saat ini pihaknya belum mmenerima laporan ambruknya ratusan bagan milik nelayan Gedambaan dan Sarangtiung.
"Saya dulu pernah menyarankan kepada nelayan untuk membangun bagan apung, sebagai alternatif apabila terjadi gelombang tinggi dan mengantisipasi kerugian yang cukup besar," terangnya.
Dua atau tiga nelayan, lanjut Muchran, bisa bergabung untuk membangun bagan apung, karena bisa bergerak dan bisa memilih lokasi yang banyak ikannya.
Dia menjelaskan, bagan apung adalah salah satu alternatif, untuk mengantisipasi kerugian apabila terjadi angin kecang dan gelombang tinggi, serta memilih lokasi yang lebih banyak ikannya.
Pewarta: Imam Hanafi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017