Jakarta (ANTARA News) - Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) menyatakan pintu dialog soal bentuk negara sudah ditutup karena Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang berdasar Pancasila sudah final. "NKRI dan Pancasila, bagi NU sudah final, selesai, tidak ada perdebatan lagi. Bagi NU, pintu gerbang untuk memperdebatkan masalah itu sudah ditutup," kata Ketua PBNU KH Said Agil Siradj dalam ceramahnya pada Maulid Akbar Nasional 1428 H/2007 M dan Doa Bersama untuk Bangsa di Arena Pekan Raya Jakarta (PRJ), Jakarta, Kamis. Pada acara yang juga dihadiri Menteri Agama Maftuh Basyuni itu, 10 tahun sebelum Indonesia merdeka, pendiri NU Hadratus Syeikh KH Hasyim Asy`ari sudah menegaskan bahwa Indonesia harus menjadi "Darussalam" atau Negara Damai, negara yang menyatukan keanekaragaman bangsa, budaya, agama dan adat istiadat. "Di dalam sejumlah kitab kuning ada beberapa konsep tentang negara, di antaranya Darul Islam (Negara Islam), Darul Kufur (Negara Orang-orang Kafir), dan sebagainya. Nah, Kiai Hasyim Asy`ari menambahkan satu yaitu Darussalam itu," katanya. Bahkan, kata alumnus Universitas Ummul Quro`, Mekah, Arab Saudi, itu, misi Nabi Muhammad SAW diturunkan ke bumi juga bukan bertujuan untuk mendirikan negara Islam, melainkan untuk membangun umat manusia, khususnya umat Islam, yang cinta damai, moderat, sejahtera, beradab, modern dan berpendidikan. Salah satu bukti bahwa Rasulullah tidak membawa misi mendirikan negara Islam adalah Piagam Madinah, piagam perjanjian Nabi Muhammad dengan kaum non-Muslim kala itu. Di dalam piagam 2,5 halaman yang berisi 47 pasal tersebut, tak satu pun ditemukan kalimat yang berisi tentang pendirian negara Islam, bahkan kata Islam atau ayat Al- Qur`an tidak ada. "Yang ada, di antaranya, menjaga semangat kebersamaan, saling menghargai dan menghormati, menegakkan keadilan dan hak asasi manusia, dan sebagainya," kata Said di hadapan sekitar tujuh ribu warga nahdliyin yang turut pada peringatan Maulid Nabi tersebut. Karena itu, Said mengaku yakin bahwa misi Nabi Muhammad jelas tidak untuk mendirikan negara Islam. Nabi bersama kalangan non Muslim, seperti termaktub di dalam Piagam Madinah tersebut, ingin menciptakan sebuah tatanan masyarakat yang beragam yang bisa saling menghargai satu sama lain. "Atas dasar itulah NU hingga saat ini berketetapan hati bahwa bentuk negara Indonesia tidak perlu diubah menjadi negara Islam," katanya.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2007