London (ANTARA News) - KBRI Den Haag mengadakan Upacara Bendera merayakan HUT Ke-72 Kemerdekaan RI di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH), Kamis (17/8), diikuti sekitar 450 tamu undangan dan masyarakat asal Tanah Air di Belanda.
Meskipun turun hujan lebat tidak menyurutkan masyarakat untuk mengikuti upacara Bendera Peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan Indonesia yang bertema "72 Tahun Kerja Bersama", demikian Sekretaris Pertama Fungsi Pensosbud KBRI Den Haag, Noira Solani kepada Antara London, Jumat.
Dalam amanat upacara, Dubes RI untuk Negeri Belanda, I Gusti Agung Wesaka Puja, yang juga bertindak sebagai Inspektur Upacara, menyampaikan sebagai bangsa yang besar dan teruji oleh sejarah tetap berdiri kokoh dalam kesatuan dan persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dikatakannya kemerdekaan negara merupakan landasan untuk berjuang dalam persatuan demi mewujudkan bangsa Indonesia yang lebih sejahtera, bermartabat, dan unggul.
Dubes menyampaikan perkembangan yang telah dicapai serta kegiatan Kedutaan besar Republik Indonesia untuk Kerajaan Belanda.
Sebanyak 19 pelajar SIDH sebagai Pasukan Pengibar Bendera Merah Putih dengan langkah tegap mengibarkan Bendera Merah Putih diiringi dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan dilanjutkan aubade oleh 40 siswa-siswi SIDH dan anggota Dharma Wanita Persatuan KBRI Den Haag.
Usai upacara Pengibaran Bendera, acara dilanjutkan dengan aubade lagu-lagu perjuangan, nasional dan daerah dari paduan suara siswa-siswi SIDH dan anggota DWP. Selain itu juga dipentaskan tarian daerah oleh anggota Pasukan Pengibar Bendera dan siswa-siswi SIDH dan dilanjutkan dengan pertunjukan aksi bela diri khas Indonesia Pencak Silat dibawakan pelajar SIDH.
Di antara aubade dan pertunjukan seni, juga diadakan upacara pemotongan tumpeng dan upacara penyerahan piagam penghargaan oleh Dubes Puja.
KBRI Den Haag juga menyerahkan penghargaan kepada empat orang/instansi, yaitu pegawai setempat yang wafat saat menjalankan tugas di Jakarta Farina Bergsma-Lomboan), dan kepada staf KBRI Den Haag yang berbakti selama 30 tahun G.E. Rijono Soedarso, serta warga Indonesia berprestasi di Belanda Dwi Hartanto di bidang kedirgantaraan dan International Migrant Working Union (IMWU) di Belanda.
Sebagai hidangan makan siang, undangan disajikan bebagai makanan khas Indonesia seperti Sop Konro dari Makassar, Bakso , Nasi Tumpeng, Bakmi Ayam, serta Es Cendol yang dihibur dengan lagu-lagu daerah yang mengajak hadirin berjoget bersama seperti lagu "Gemu Famire" dari Kupang, Nusa Tenggara Timur, Poco-Poco dari Sulawesi Utara dan Yamko Rambe Yamko dari Papua.
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017