... menyangkut Merah-Putih, kita tetap satu. Itu yang telah dicontohkan para pendiri negeri ini seperti Bung Karno, Bung Hatta, Buya Hamka, Pak TB Simatupang, dan Ki Bagus Hadikusumo...
Jakarta (ANTARA News) - Ketua MPR, Zulkifli Hasan, menilai pertemuan antara Megawati Soekarnoputri dan Susilo Yudhoyono, di Istana Merdeka, Kamis kemarin (17/8), merupakan sinyal positif bagi rakyat Indonesia karena memberikan kesejukan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.


Kedua tokoh nasional itu merupakan presiden kelima dan keenam Indonesia. Yudhoyono juga pernah menjadi menteri pada kabinet yang dipimpin Megawati sebelum menjadi presiden pada 20 Oktober 2004.

"Pertemuan itu akan membuat sinyal positif, rakyat menjadi sejuk, aman, dan tentram," kata Hasan yang juga pemimpin puncak DPP PAN, usai menghadiri Peringatan Hari Konstitusi, di Gedung Nusantara IV, Jakarta, Jumat.

Dia menilai pertemuan itu menegaskan, meskipun berbeda pandangan politik, namun kalau terkait Merah-Putih, tetap satu.

Menurut dia, sikap itu juga telah dicontohkan para pendiri bangsa bahwa meskipun berbeda pandangan politik namun kalau menyangkut Indonesia, mereka tetap satu.

"Kalau menyangkut Merah-Putih, kita tetap satu. Itu yang telah dicontohkan para pendiri negeri ini seperti Bung Karno, Bung Hatta, Buya Hamka, Pak TB Simatupang, dan Ki Bagus Hadikusumo," ujarnya.

Saat kedua tokoh nasional itu bertemu, mereka sempat bersalaman dan berbincang singkat.


Megawati tidak pernah hadir dalam perayaan HUT Kemerdekaan Indonesia di Istana selama 10 tahun SBY menjabat. Beberapa kali Megawati memilih menggelar upacara pengibaran bendera Merah Putih sendiri, kebanyakan di Kantor DPP PDI Perjuangan, di Kebagusan, Jakarta Selatan.


Sebaliknya, Megawati selalu hadir dalam upacara kemerdekaan di Istana Merdeka pada saat Joko Widodo menjadi presiden menggantikan Yudhoyono. Tiga tahun Jokowi menjabat, baru kali ini Yudhoyono hadir memenuhi undangan upacara kemerdekaan Indonesia.


Pada HUT Indonesia 2015 dan 2016 lalu, Yudhoyono lebih memilih merayakan kemerdekaan di kampung halamannya di Pacitan, Jawa Timur.

Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2017