Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di Pasar Spot Antar Bank Jakarta, Kamis sore, turun tipis menjadi Rp8.828/8.830 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp8.815/8.820 atau melemah 13 poin. Pengamat pasar uang dari Kuo Capital, Edwin Sinaga mengatakan, pelaku pasar masih melepas rupiah, mereka menilai posisi rupiah masih tinggi, sehingga penjualan terus berlanjut. Karena itu rupiah pada pekan depan masih akan terkoreksi sehingga mendekati angka psikologis Rp9.000 per dolar AS, katanya. Ia mengatakan, faktor utama yang menekan rupiah melemah, karena hot money asing yang mengalir ke pasar uang mulai berkurang, mereka cenderung menahan diri dan mencari instrumen lainnya yang bisa memberikan keuntungan lebih besar. Meski demikian rupiah dinilai masih bagus, karena posisinya masih jauh di bawah target yang ditetapkan Bank Indonesia di kisaran antara Rp9.000 sampai Rp9.300 per dolar AS, katanya. Menurut dia, pelaku pasar tetap melepas rupiah, mereka mengindahkan munculnya setiap positif dengan membaiknya pasar saham regional yang dipicu oleh bursa Wall Street setelah berkurangnya kekhawatiran atas pasar saham China yang menaikkan pajak sahamnya. Meski saat ini tertekan, rupiah masih ada ruangan untuk menguat lagi, melihat kondisi ini cenderung mendukung pergerakan rupiah, apalagi bank sentral AS (The Fed) berencana menurunkan suku bunganya. Sementara itu dolar AS terhadap yen turun menjadi 121,51 dari sebelumnya 121,60 dan euro stabil pada 1,3430 per dolar AS, ero terhadap yen menjadi 163,20 dari 163,40. Posisi rupiah pada level saat ini sebenarnya menimbulkan tarik menarik kepentingan antara eksportir dan importir semakin kuat, karena itu BI mengatakan, rupiah yang stabil apabila berada pada level Rp9.000/9.300 per dolar AS, ucapnya. Kenaikan rupiah, lanjutnya, sebenarnya baik karena akan terus menekan inflasi, apalagi BI mengharapkan inflasi akan dapat turun hingga berkisar antara 3 sampai 4 persen untuk memicu pertumbuhan ekonomi nasional. Tapi banyak faktor yang menghambat pergerakan rupiah untuk menguat lebih lanjut, dan BI mengarahkan dan menyesuaikan tingkat kepentingan tersebut, katanya.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2007