Mata uang komoditas terbawa sentimen positif dari harga minyak mentah dunia yang naik."
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa sore, bergerak menguat senilai dua poin menjadi Rp13.345 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.347 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Pelaku pasar keuangan sempat dikhawatirkan oleh geopolitik di Semenanjung Korea sehingga memicu kegelisahan di pasar secara umum. Namun, meredanya ketegangan dua negara itu kembali membuat pelaku pasar kembali melirik aset di negara berkembang," kata Research Analyst FXTM, Lukman Otunuga, di Jakarta, Selasa.
Ia mengatakan bahwa mata uang di kawasan Asia mendapat dukungan dari membaiknya ketegangan antara AS dan Korea Utara (Korut), salah satunya rupiah yang bertahan di area positif terhadap dolar AS.
Dari dalam negeri, dinilainya, data neraca perdagangan Indonesia bulan Juli tahun ini akan menjadi pusat perhatian pelaku pasar uang, data itu dapat memberikan gambaran tentang perekonomian nasional.
"Data perdagangan yang diekspektasikan membaik, meningkatkan keyakinan terhadap ekonomi Indonesia ke depan. Surplus perdagangan di bulan Juli dapat semakin memperkuat kurs rupiah," katanya.
Sementara itu, Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menyatakan bahwa harga minyak mentah dunia yang kembali bergerak naik turut mendorong mata uang berbasis komoditas, seperti rupiah mengalami apresiasi terhadap dolar AS.
"Mata uang komoditas terbawa sentimen positif dari harga minyak mentah dunia yang naik," katanya.
Harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,11 persen menjadi 47,64 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,02 persen menjadi 50,74 dolar AS per barel.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Selasa ini (15/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak stagnan atau tidak berubah nilainya di posisi Rp13.344 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2017