"Nilai impor tinggi sekali, naik 39 persen jika dibanding bulan sebelumnya. Jika dibanding tahun lalu naik 54,02 persen," kata Kepala BPS Suhariyanto di Jakata, Selasa.
Suhariyanto mengatakan kenaikan impor pada Juli 2017 tersebut, banyak didorong oleh impor bahan baku dan barang modal.
Tercatat, impor bahan baku penolong mencapai 10,43 miliar dolar AS atau 75,13 persen dari total impor Juni 2019, barang modal 2,36 miliar dolar AS atau 17,01 persen dan barang konsumsi sebesar 1,09 miliar dolar AS atau 7,86 persen.
Kenaikan impor terbesar terjadi untuk mesin dan peralatan mekanik sebesar 47,44 persen atau sebesar 618,1 juta dolar AS, diikuti mesin dan peralatan listrik sebesar 522,9 juta dolar AS serta kendaraan dan bagiannya sebesar 322,1 juta dolar AS.
Impor nonmigas Juli 2017 mencapai 12,11 miliar dolar AS atau naik 44,31 persen dibanding Juni 2017, demikian juga bila dibanding Juli 2016 naik 61,23 persen.
Sementara migas sebesar 1,78 miliar dolar AS atau naik 11,12 persen dibanding Juni 2017 dan juga meningkat 18,07 persen jika dibanding Juli 2016.
Secara kumulatif, impor Indonesia periode Januari-Juli 2017 mencapai 86,19 miliar dolar AS atau naik 14,91 persen jika dibandingkan dengan periode pada tahun sebelumnya yang sebesar 75,01 miliar dolar AS.
Negara pemasok barang impor nonmigas terbesar selama Januari-Juli 2017 ditempati oleh Republik Rakyat Tiongkok (RRT) dengan nilai 18,82 miliar dolar AS atau 25,84 persen, Jepang 8,31 miliar dolar AS atau 11,41 persen, dan Thailand 5,33 miliar dolar AS atau 7,32 persen.
Sementara impor nonmigas dari ASEAN 20,60 persen, sementara dari Uni Eropa 9,32 persen.
Nilai impor semua golongan penggunaan barang baik barang konsumsi, bahan baku penolong dan barang modal selama Januari-Juli 2017 mengalami peningkatan dibanding periode yang sama tahun sebelumnya masing-masing 13,54 persen, 16,31 persen, dan 9,27 persen.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2017