Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Jumat sore, bergerak melemah sebesar 56 poin menjadi Rp13.389 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.333 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Proyeksi pasar terhadap inflasi Amerika Serikat yang naik menjadi salah satu faktor yang menopang dolar AS terhadap sejumlah mata uang dunia," kata Analis Monex Investindo Futures Faisyal di Jakarta, Jumat.
Di sisi lain, lanjut dia, ketegangan geopolitik antara Amerika Serikat dan Korea Utara turut mempengaruhi pergerakan mata uang kategori "safe haven", seperti dolar AS. Pernyataan saling serang antara pemimpin Amerika Serikat dan Korea Utara membuat panik pelaku pasar sehingga cenderung mengambil posisi pada aset yang aman.
Ia menambahkan bahwa harga minyak yang kembali turun juga turut membebani mata uag berbasis komoditas di tengah masih berlangsungnya kecemasan tingginya persediaan global meskipun ada penurunan cadangan minyak Amerika Serikat.
Terpantau harga minyak jenis WTI Crude bergerak melemah 0,72 persen ke level 48,24 dolar AS per barel, dan Brent Crude turun 0,69 persen ke posisi 51,54 dolar AS per barel pada Jumat (11/8) sore ini.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa mata uang rupiah melemah searah dengan mayoritas kurs global terhadap dolar AS merespon ancaman aksi militer dari Presiden Ameriak Serikat Donald Trump terhadap Korea Utara.
"Situasi global yang kurang kondusif mendorong pelaku pasar uang mengalihkan dana ke safe haven dan berdampak negatif pada rupiah," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Jumat ini (11/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak melemah ke posisi Rp13.370 dibandingkan hari sebelumnya (Kamis, 10/8) Rp13.338 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017