"Mari kita bersama-sama mengendalikan diri untuk tidak men-share video ke media sosial yang menayangkan aksi kekerasan maupun bullying, apalagi sampai memviralkannya," katanya disela takziah ke rumah pelajar SDN Longkewang, Desa Hegarmanah, Kecamatan Caringin yang tewas diduga akibat perundungan, Jumat.
Ia mencontohkan aksi massa di Babelan, Bekasi yang di-share ke media sosial dan menjadi viral, bisa mengganggu psikologi orang yang menontonnya, khususnya anak di bawah umur yang akan mencontohnya.
Menurut dia, makin sering melihat viral kekerasan maupun perundungan, akan makin tidak sadar dengan tayangan seperti itu dan menganggapnya hal yang biasa terjadi di tengah masyarakat.
Oleh karena itu, lanjut dia, menggunakan media sosial harus secara bijak, seperti dengan cara menyaring sebelum menyebarkan sesuatu ke media sosial. Cara tersebut merupakan salah satu kunci sederhana mencegah terjadinya kekerasan dan perundungan di tengah masyarakat.
"Kita, khususnya nitizen (warganet) saring dahulu semua yang kira-kira bisa bedampak pada kehidupan berbangsa dan bernegara sebelum disebarkan ke media sosial," tambahnya.
Khofifah mengatakan bahwa dirinya merasa miris banyaknya tayangan kekerasan yang tidak hanya di media sosial, tetapi juga di televisi.
Ia khawatir anak di bawah umur yang pikirannya masih labil akan mudah menyerap aksi kekerasan dan memperagakannya.
Pewarta: Aditya A. Rohman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2017