Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah dalam transaksi antarbank di Jakarta turun 35 poin menjadi Rp13.368 per dolar AS pada Jumat pagi.
Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada mengatakan bahwa nilai tukar rupiah kembali mengalami pelemahan terhadap dolar AS seiring dengan masih tingginya permintaan mata uang safe haven seperti dolar AS.
"Spekulan cenderung masuk ke dalam mata uang dolar AS di tengah meningkatnya ketegangan di semenanjung Korea. Akibatnya, rupiah kehilangan momentum untuk menguat," kata Reza.
Kendati demikian, menurut dia, ruang bagi rupiah untuk menguat kembali masih cukup terbuka menyusul adanya rencana pemerintah mengeluarkan Paket Kebijakan XVI terkait kemudahan investasi dan optimisme mengenai pencapaian pertumbuhan ekonomi 5,2 persen tahun ini.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan walaupun dolar AS cenderung menguat terhadap mata uang di kawasan Asia, namun sentimen positif di pasar surat utang negara (SUN) domestik yang relatif masih terjaga dapat menahan tekanan lebih dalam pada rupiah.
"Sentimen di pasar SUN cukup positif seiring dengan harapan pelonggaran moneter, sehingga menjaga pasokan dolar AS di dalam negeri tetap solid dan mencegah pelemahan rupiah lebih dalam," kata Rangga.
Di sisi lain, ia mengatakan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang semakin fokus terhadap masalah geopolitik bisa menekan ekspektasi pengetatan moneter lanjutan oleh bank sentral Amerika Serikat (The Federal Reserve) ke depan. Situasi itu dapat menekan dolar AS terhadap mata uang dunia.
Ia menambahkan bahwa saat ini pelaku pasar uang sedang menanti rilis neraca transaksi berjalan kuartal kedua 2017 dan fokusnya tertuju pada APBN 2018 dan spekulasi perombakan kabinet.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2017