Jakarta (ANTARA News) - Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik Kementerian Komunikasi dan Informatika R Niken Widiastuti mengharapakan media-media arus utama (mainstream) menjadi salah satu ujung tombak dalam melawan hoax atau berita palsu melalui pemberitaan sesuai dengan fakta.
"Media mainstream kami harapkan menjadi fact checking melawan hoax," katanya di Jakarta, Selasa, dalam seminar dan peluncuran buku Indeks Kemerdekaan Pers 2016.
Ia mengatakan, saat ini media "mainstream" kembali dicari oleh masyarakat sebagai sumber informasi yang lebih dipercaya setelah banyaknya informasi yang ada di media sosial. Untuk itu, berbagai pemberitaan di media "mainstream" juga diharapkan ikut disebarkan melalui media sosial.
Menurut dia, saat ini, masyarakat Indonesia memiliki perilaku untuk menyebarkan informasi yang dominan dengan pola 10-90. "Artinya 10 persen memproduksi informasi dan 90 persen lainnya yang menyebarkan," katanya.
Dengan adanya berbagai informasi yang terpercaya dari media-media "mainstream" maka diharapkan juga persepsi masyarakat yang terbentuk juga lebih baik, hal ini mengingat informasi yang dibuat oleh media massa melalui prinsip kerja jurnalistik yang mengendepankan fakta.
Di sisi lain, media sosial yang memberikan kesempatan kepada setiap orang untuk menyebarkan informasi tidak memiliki prinsip kerja jurnalistik sehingga informasi apapun dapat disebarkan meskipun tidak benar.
"Kalau media memenuhi dengan info yang valid , berita betul-betul akurat, maka akan lebih sehat dan berimbang," katanya.
Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2017