Jakarta (Antara) - Perum Perhutani mencatat laba sebesar Rp 316,23 miliar sampai kuartal dua (Q2) 2017 atau meningkat 236 persen dibanding year on year 2016 yang merugi Rp 383,89 miliar.
Menurut Direktur Utama Perum Perhutani Denaldy M Mauna, kinerja keuangan yang positif sampai dengan Q2 2017 tersebut karena upaya transformasi bisnis yang dilakukan, ditopang dengan penurunan biaya pokok penjualan dan biaya usaha. Meskipun dari sisi pendapatan juga belum sesuai harapan karena lesunya pasar dunia untuk produk kayu dan gondorukem sebagai andalan bagi Perhutani.
Penurunan kinerja sempat dialami Perhutani dari sisi keuangan, operasional serta kualitas sumberdaya hutan. Menurut Denaldy, data statistik lima tahun terakhir (2010–2015) menggambarkan secara objektif kondisi tersebut dan tahun 2016 merupakan tahun tersulit bagi Perhutani yang mengharuskan perusahaan bertransformasi dengan cepat bila ingin tetap eksis.
Keputusan transformasi bisnis di Perum Perhutani ditetapkan dengan melakukan lima tahapan transformasi yaitu (1) Situation Analysis (2) Management Change, (3) Emergency Actions (4) Business Restructuring (5) Terus mendorong tercapainya kondisi Normal to Growth fokus pada empat aspek utama finance, operation, organization dan culture/people.
Selama satu bulan pertama memimpin perusahaan, Denaldy menjalankan transformasi tahap pertama yaitu melakukan asesmen singkat kinerja perusahaan dengan bertemu berbagai stakeholders internal yaitu seluruh perwakilan dari Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) unit manajemen terkecil di Perhutani dan stakeholder eksternal termasuk dengan para mitra kerja. Denaldy memutuskan untuk menempuh pembenahan komprehensif guna menghindari merosotnya kinerja perusahaan.
Perhutani harus berubah atau punah. Transformasi bisnis tahap ke dua, dilakukan minimal untuk bertahan hidup. “Must Now Change To Survive†yaitu perubahan yang memungkinkan perusahaan bisa bernafas normal. Upaya-upaya termasuk peningkatan transparansi, market driven product and process, business process reengineering, performance based meritocracy.
Transformasi bisnis tahap ke tiga, fokus utama pada tiga bulan sampai akhir 2016 adalah menyelamatkan arus kas perusahaan, mendorong peningkatan penjualan produk terutama menghabiskan persediaan yang tertumpuk tiga kali dari normalnya, efisiensi biaya melalui program CRP, dan efektif aktivitas melalui tools seperti PICA dan PDCA. Demikian juga sinergi dengan anak-anak perusahaan akan diperkuat.
Saat ini Perhutani memasuki tahap ke empat transformasi yaitu restrukturisasi bisnis. Langkah ini dibagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu revitalisasi existing business dan new business development. Untuk existing business yang dipertahankan akan dilakukan rebranding ecotourism, sedangkan bisnis yang tidak menguntungkan dikaji ulang, seperti usaha air minum dalam kemasan dan industri kayu.
"Perhutani menyiapkan bisnis biomass karena prospek energi terbarukan ini sangat menjanjikan dan ramah lingkungan. Peluang kebutuhan energi terbarukan menggunakan woodpellet di dunia pertumbuhannya sebesar 2,7 juta ton per tahun (2010-2025)," lanjutnya.
Kebutuhan akan biomass tersebut memungkinkan Perhutani Group mengembangkan tanaman biomass seluas 200 ribu Ha yang akan menghasilkan 3.2 juta MT woodchips. Nilai woodchips ini bisa untuk membangun pembangkit setara 800 MW listrik pertahun atau 1.6 juta MT wood pellet, artinya energi biomass dapat menghemat penggunaan energi fosil (solar) senilai Rp 2 triliun per tahun. Kerjasama dengan investor Korea mulai dilakukan Perhutani untuk bisnis biomass ini dengan MoU untuk pengembangan 20.000 Ha beberapa waktu yang lalu.
Demikian juga Perhutani tengah mengembangkan proyek Perhutanan Sosial sinergi BUMN untuk mendukung program kedaulatan pangan, peningkatan kesejahteraan masyarakat lokal dan peningkatan fungsi kawasan hutan yang dicanangkan pemerintah.
Belajar dari pengalaman pengelolaan kehutanan di Swedia dan Finlandia, Perhutani akan segera mengembangkan wisata WORLD CLASS ECOTHEME PARK bekerjasama dengan investor. Pada hari Senin (7/8/2017) Perhutani telah menandatangani kesepakatan bersama (memorandum of understanding) tiga pihak antara Perum Perhutani dengan BUMN Pengembang Destinasi Pariwisata Indonesia dan perusahaan pengembang property multinasional Amerika Serikat yang memiliki pengalaman membangun theme park untuk rencana mengembangkan wisata di kawasan Bogor seluas 600 ha dengan investari minimal US$ 1 miliar.
Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2017