Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla meminta para pengelola perpustakaan agar bisa mengubah tampilan perpustakan bukan sebagai tempat yang kumuh, berdebu dan sepi, melainkan penampilan yang semarak seperti sebuah mall atau pusat perbelanjaan. "Kita harapkan perpustakaan bukanlah sebagai suatu tempat yang klasik, kumuh dan berdebu, tetapi suatu tempat yang bergengsi, didatangi orang. Jadi bapak harus membikin perpustakaan seperti mall, menarik didatangi orang," kata Wapres Jusuf Kalla saat meresmikan perpustakaan eletronik keliling di Perpustakaan Nasional Jakarta, Rabu. Menurut Wapres, jika perlu perpustakaan buka pada hari-hari libur, seperti Sabtu dan Minggu. Selain itu, tambah Wapres, jam kerjanya dibuka di saat sore atau malam hari sehingga terbalik dengan jam kantor. Hal itu, katanya, diperlukan karena orang pergi ke perpustakaan untuk membaca buku atau melakukan penelitian, sehingga perlu waktu yang pas, tenang di luar jam kantor. "Kalau perpustakaan buka pagi-pagi dari jam 07.00 - 14.00 WIB jadi kayak kantor Camat saja. Cari waktu dimana orang lowong untuk bisa pergi keperpustakaan, kalau perlu malam dan Sabtu-Minggu," kata Wapres. Menurut Wapres, perpustakaan harus membuat kegiatan-kegiatan yang betul-betul menarik masyarakat dan anak sekolah untuk datang dan membaca. Jika tidak, lanjutnya, perpustakaan tak ada bedanya dengan kantor Camat, lurah atau bahkan kantor Wapres. Dalam pidatonya ia mengatakan akan pentingnya buku. Buku, katanya, adalah guru yang tidak pernah penat, atau capai dan tak pernah protes. "Buku boleh dibaca, boleh diduduki, boleh dibaca 24 jam dan tak pernah protes," kata Wapres. Namun, tambah Wapres, buku saja memang tidak cukup tanpa adanya seorang guru yang bisa menuntun cara belajar dan membaca dengan baik. Karena itulah, peranan buku akan sangat penting bagi kemajuan bangsa dan negara. Menurut Wapres untuk menumbuhkan minat baca yang baik harus dilakukan dua hal, yakni pertama, kebiasaan yang harus dimulai sejak dini. Kedua, keharusan. "Kebiasaan saja tidak cukup, tanpa sebuah keharusan. Jadi keharusan membaca untuk mencapai standar kelulusan," kata Wapres. Wapres mempertanyakan bahwa pada beberapa saat lalu minat baca pelajar Indonesia rendah, karena salah satunya tidak adanya keharusan membaca buku. "Karena itu, standar kelulusan kita dulu sangat rendah, kita lulus seenaknya. Di masa depan, kelulusan harus punya standar-standar tertentu, sehingga mengharuskan anak didik belajar dan membaca," kata Wapres. (*)

Copyright © ANTARA 2007