Fokus pasar saat ini tertuju pada rilis data pertumbuhan PDB kuartal kedua 2017 yang diperkirakan naik tipis ke 5,07 persen (year on year)
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Senin pagi, bergerak menguat sebesar 11 poin menjadi Rp13.305 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.316 per dolar Amerika Serikat (AS).
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Senin mengatakan bahwa proyeksi produk domestik bruto (PDB) kuartal kedua tahun ini yang naik menjadi salah satu faktor yang menopang mata uang rupiah terhadap dolar AS.
"Fokus pasar saat ini tertuju pada rilis data pertumbuhan PDB kuartal kedua 2017 yang diperkirakan naik tipis ke 5,07 persen (year on year)," kata Rangga Cipta.
Ia menambahkan bahwa Bank Indonesia yang memberikan sinyal adanya peluang untuk pelonggaran kebijakan moneter juga turut dapat membantu apresiasi rupiah melalui penguatan surat utang negara (SUN).
"Situasi itu membuka ruang penguatan rupiah terhadap dolar AS masih tersedia," katanya.
Kendati demikian, lanjut Rangga, data serapan tenaga kerja serta tingkat pengangguran di Amerika Serikat yang relatif baik menahan apresiasi rupiah lebih tinggi. Tingkat pengangguran AS turun ke 4,3 persen dari 4,4 persen pada Juli 2017.
Sementara itu, analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada menambahkan bahwa kurs dolar AS cenderung masih melemah menyusul situasi politik di Amerika Serikat belum kondusif serta belum adanya kepastian kenaikan suku bunga acuan di Amerika Serikat.
"Hingga saat ini, arah pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump belum jelas, ditambah belum pastinya bank sentral AS (The Fed) menaikan suku bunga, itu menjadi sentimen negatif bagi dolar AS," kata Reza.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2017