Jakarta (ANTARA News) - PT Adhi Karya Tbk. segera meningkatkan ekuitas kepemilikan di Jakarta Monorail sehingga akan mencari pendanaan konvensional.
"Adhi sebagai salah satu sponsor monorail terpaksa cari pendanaan konvensional untuk meningkatkan ekuitasnya," kata Sekretaris Perusahaan PT Adhi Karya Tbk., Kurnadi Gularso, di Jakarta, Senin.
Ia mengatakan Adhi Karya sebagai salah satu sponsor proyek Jakarta Monorail terpaksa mencari pendanaan konvensional untuk meningkatkan ekuitasnya.
Selama ini pendanaan dari sukuk mudharabah atau surat hutang syariah dinilai tidak mencukupi sehingga mau tidak mau harus beralih ke pendanaan konvensional.
"Pendanaan ini butuh ekuitas. Sekarang ini baru ada 20 juta dolar AS dan nanti kita akan masuk 25 juta dolar AS tentunya dengan teman-teman lain sehingga nanti bisa me-"rising fund" dari bank lokal," katanya.
Menurut rencana sumber dana berasal dari bank lokal dengan nilai proyek sebesar 480 juta dolar AS.
"Ekuitasnya saat ini 144 juta dolar AS dan sisanya itu yang kita pinjam dari bank lokal," katanya.
Ia menilai hal itu tidak berisiko (dengan mencari hutang baru lagi) karena telah ada penjaminan dari pemerintah terutama dari Perpres atau presiden sudah menyetujui dan didukung dengan Permenko serta Menkeu sudah mengetahuinya.
Rencananya Adhi Karya akan membeli kepemilikan di Jakarta Monorail sehingga kepemilikan sebelumnya yang sebesar tujuh persen menjadi lebih dari 20 persen.
Seperti diketahui, saat ini posisi kepemilikan PT Adhi Karya di Jakarta Monorail tepatnya 7,65 persen.
"Terus nanti kita mau tambah 25 juta dolar AS sehingga nanti kepemilikan kita di Jakarta Monorail menjadi 26,53 persen," katanya.
Terkait rencana right issue PT Adhi Karya, ia menilai hal itu terserah kepada pemerintah.
"Memang kalau ada `right issue` pertumbuhan kita menjadi 40 persen per tahun (kalau right issue jadi pada 2008.red) dibandingkan bila tidak kita tetap di kisaran 20 persen per tahun," katanya.
Dana "right issue" akan digunakan untuk ekspansi bisnis baru di mana sejak 2006 PT Adhi Karya telah masuk ke bisnis investasi.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2007