Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, bergerak menguat tipis sebesar lima poin menjadi Rp13.319 dibandingkan sebelumnya pada posisi Rp13.324 per dolar Amerika Serikat (AS).
"Laju mata uang rupiah mengalami kenaikan meski tipis. Pelaku pasar uang di dalam negeri tampaknya merespon pergerakan mata uang di kawasan Asia yang cenderung menguat," kata Analis Binaartha Sekuritas Reza Priyambada di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, salah satu faktor yang menjaga fluktuasi mata uang Asia, termasuk rupiah yakni belum jelasnya arah pemerintahan Amerika Serikat hingga pertengahan tahun ini dan rencana bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunganya.
"Situasi itu menjadi penahan laju dolar AS terhadap mayoritas mata uang dunia," katanya.
Di sisi lain, lanjut dia, harga minyak mentah dunia yang relatif stabil meski dibayangi kekhawatiran meningkatnya persediaan minyak. Terpantau harga minyak jenis WTI Crude menguat 0,34 persen menjadi 49,76 dolar AS per barel, dan Brent Crude naik 0,38 persen menjadi 52,56 dolar AS per barel.
Dari dalam negeri, ia mengatakan bahwa sentimennya relatif cukup kondusif. Adanya proyeksi pertumbuhan ekonomi naional kuartal kedua tahun ini akan menjaga fluktuasi rupiah ke depannya.
Analis Monex Investindo Futures Putu Agus Pransuamitra menambahkan bahwa data inflasi Juli 2017 yang cukup terkendali masih direspon positif oleh sebagian pelaku pasar uang sehingga rupiah kembali mengalami apresiasi.
"Nilai tukar rupiah masih memiliki peluang menguat ke posisi Rp13.305 per dolar AS," katanya.
Sementara itu, dalam kurs tengah Bank Indonesia (BI) pada Kamis ini (3/8) mencatat nilai tukar rupiah bergerak menguat ke posisi Rp13.330 dibandingkan hari sebelumnya (Rabu, 2/8) Rp13.331 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017