Duterte mengadakan pertemuan mendesak dengan sekelompok senator pada Selasa malam, dengan menceritakan laporan intelijen terbaru tentang rencana gerilyawan untuk menyerang tiga kota di pulau selatan Mindanao.
"Dia ingin menyampaikan kepada kami bahwa dia membutuhkan 20.000 lebih tentara untuk seluruh Angkatan Bersenjata Filipina," kata pemimpin mayoritas Senat Vicente Sotto.
"Dia ingin memastikan bahwa dalam masa jabatannya, dia akan bisa menyelesaikan masalah perdamaian dan ketertiban."
Tiga senator lainnya mengatakan bahwa Presiden serius mengenai skala ancaman keamanan dan meminta Kongres untuk mendukung rencananya untuk meningkatkan kemampuan peralatan dan intelijen militer.
Mereka menolak untuk mengatakan tiga kota mana yang bisa mengalami nasib yang sama dengan Marawi. Di kota itu, pemberontak pro-ISIS telah memerangi militer selama sembilan minggu sejak melakukan pengepungan pada 23 Mei, dengan maksud untuk mendirikan "wilayat", atau provinsi ISIS.
Daerah Marawi yang luas telah hancur karena tembakan artileri hampir setiap hari dan pengeboman udara untuk mencoba mengusir para milisi yang bersembunyi di pusat komersial. Kelompok militan itu diyakini menyekap sekitar 100 sandera.
Lebih dari 600 pemberontak dan tentara tewas dalam kerusuhan tersebut.
Duterte bulan lalu menyampaikan kepada Kongres permintaan anggaran sebesar 3,76 triliun peso Filipina untuk tahun depan, termasuk 145 miliar peso untuk pertahanan.
"Kami bersedia membantu," kata Senator Panfilo Lacson, menambahkan bahwa tentara-tentara itu sangat lelah setelah dua bulan berjuang di Marawi.
"Kita membutuhkan tenaga baru, jadi di lembaga legislatif kami dapat membantu dengan mempercepat pengesahan anggaran untuk meningkatkan pasukan."
Dia mengatakan Presiden juga meminta peningkatan jumlah anggota polisi sebanyak 10.000, merekrut lebih banyak untuk ditempatkan dalam pasukan guna membantu militer memerangi pemberontak.
Sebelumnya, Presiden Filipina Rodrigo Duterte juga meminta Kongres untuk memperpanjang status darurat militer di Mindanao hingga akhir tahun ini supaya dapat memberikan waktu kepadanya untuk menghancurkan gerakan pemberontak yang terinspirasi oleh kelompok ISIS.
Wilayah berpenduduk 22 juta orang, yang memiliki sejarah pemberontakan separatis dan Marxis, ditempatkan di bawah kekuasaan militer pada 23 Mei, setelah pemberontak dari kelompok Maute dan Abu Sayyaf mengambil alih atas beberapa bagian Kota Marawi, membuat Filipina dilanda krisis keamanan terbesar dalam beberapa tahun belakangan.
Para petempur telah melancarkan perlawanan sengit, dengan sebagian besar petempur muda mereka masih bersembunyi di pusat kota Marawi, walau telah menghadapi 57 hari serangan darat, serangan udara dan pemboman senjata berat.
Menurut pihak berwenang, pertempuran tersebut telah menewaskan 413 anggota militan, 98 pasukan keamanan dan 45 warga sipil.
Duterte telah menunjuk satuan tugas untuk membangun kembali kota Marawi, dengan anggaran sebesar 20 miliar peso (394,81 juta dolar AS). Demikian laporan Reuters.
(Uu.G003/T008)
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2017