Banda Aceh (ANTARA News) - Satu helikopter jenis Bell masih melakukan operasi water bombing atau pengebom air memadamkan kebakaran lahan gambut di Kabupaten Aceh Barat, Provinsi Aceh.
"Untuk hari ini, mulai pagi tadi heli Bell melakukan water bombing dengan sasaran pada dua lokasi di Aceh Barat," ucap Kepala Badan Penanggulangan Bencana Aceh, Yusmadi di Banda Aceh, Rabu.
Ia menjelaskan, sasaran operasi pemadaman dengan menggunakan air atas kebakaran hutan dan lahan kali ini berada di Desa Peunaga Cut Ujong, Kecamatan Meureubo.
Lalu setelah itu, lanjutnya, water bombing juga dilakukan pada sasaran di Desa Peunia, Kaway Enam Belas atau daerah pesisir pantai Barat, Aceh.
"Dari laporan Yonif (Batalyon Infanteri) setempat sore ini, bom air di area Gampong (Desa) Peunia telah dilakukan 19 sortie (ditumpahkan) water bombing," katanya.
Sementara, ia mengaku, tim satuan tugas pemadaman darat tetap melakukan operasi pemadaman di kawasan yang terbakar dan masih bisa dijangkau.
"Fokusnya, masih tetap sama. Heli bagi daerah yang sulit dijangkau, seperti dalam kawasan hutan dengan ketinggian gambut mencapai enam meter," terang Yusmadi.
Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf pada Ahad (30/7), mengaku, telah memantau perkembangan penanganan kebakaran hutan dan lahan di lahan gambut di wilayah Aceh Barat menggunakan pesawat pribadi.
"Pantauan saya dari udara, di sini (Aceh Barat), masih ada asap tapi sedikit. Yang terbakar lahan gambut, karena ada pembakaran," katanya.
Dia memantau perkembangan penanganan kebakaran dengan pesawat pribadi, sebelum mendarat di Bandara Cut Nyak Dhien, Kabupaten Nagan Raya bersama seorang penumpang Ketua DPD I Partai Golkar Aceh TM Nurlif.
Irwandi meminta penegak hukum menangkap dan menghukum pelaku pembakar lahan yang menyebabkan terjadi bencana kebakaran hutan dan lahan di wilayah setempat.
"Kepolisian harus mengungkap ini, menindak tegas pelakunya agar jangan terulang lagi, jangan ada lagi orang-orang mencoba membakar lahan. Saya tidak percaya api terpantik dengan sendirinya, yang jelas ada pembakaran," katanya lagi.
Pewarta: Muhammad Said
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2017