Beijing (ANTARA News) - Menteri Tenaga Kerja dan Keamanan Sosial mengumumkan bahwa pihaknya akan menaikkan pendapatan para karyawan dan baru-baru ini mendiskusikan kapan dan bagaimana implementasinya.
Sejumlah media lokal di China menyambut baik rencana pemerintah itu dan dalam sebuah editorial media China News dan China Daily, di Beijing, Selasa, koran itu mengemukakan pendapatan para pekerja di China terlalu rendah dan itu dapat membuat ekonomi sulit.
Dicontohkan, seorang insinyur perangkat lunak di China hanya mendapat gaji 40 persen dari apa yang diperoleh dari insinyur perangkat lunak di India. Perbedaan gaji terlalu mencolok antara insinyur di dua negara itu bisa memicu kepindahan ke India.
Menurut media People Daily Overseas, perbaikan gaji akan menarik bagi para pekerja berteknologi tinggi untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, dan akhirnya memperoleh gaji yang lebih baik pula.
Ini juga yang terjadi di India, yang telah menunjukkan bahwa negara itu telah berhasil di bidang perangkat lunak. Bila dibanding dengan India, China sebetulnya mengalami pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) lebih cepat tapi soal gaji tidak demikian.
Statistik yang dikeluarkan oleh Organisasi Buruh Dunia (ILO) menunjukkan bahwa produksi di China meningkat 63,4 persen dari 2000 ke 2005, lebih tinggi 26,9 persen dibanding India.
Tapi kesuksesan ekonomi itu tidak mencerminkan pendapatan para pekerjanya. Rendahnya pendapatan itu menyebabkan rendahnya konsumsi, yang bisa menekan ekonomi nasional.
Kondisi tersebut serupa dengan studi yang dilakukan Bank Dunia pada Februari 2007. Dalam studi itu disebutkan bahwa kecenderungan untuk turun ekonomi di China disebabkan rendahnya gaji, bukan tingginya tabungan. Koran China News menyarankan China sebaiknya mendorong ekonomi nasional dengan memperbaiki gaji karyawannya.(*)
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2007