"Kami berusaha mencari jalan tengah, semoga segera bisa memperoleh titik temu. Sebenarnya mereka juga masih ingin terus berpartisipasi di IBL," ujar Direktur IBL Hasan Gozali, dikutip dari laman resmi IBL, Jakarta, Selasa.
CLS sebelumnya menyatakan mundur dari IBL karena peraturan liga mengharuskan setiap tim yang ikut harus berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), sementara CLS kini berbentuk yayasan, tepatnya di bawah naungan Yayasan Cahaya Lestari Surabaya (CLS).
Menurut Managing Partner CLS Knights Surabaya, Christopher Tanuwidjaja, permasalahan status yayasan ini pula yang menjadi kendala timnya untuk berkompetisi di IBL 2017, meski akhirnya juara IBL 2016 itu tetap tampil dengan toleransi pihak IBL.
"Berat bagi CLS untuk berbentuk PT karena anggota yayasan mereka sangat banyak. Rencana IBL mendorong klub berbentuk PT mungkin bagus dan sudah dihitung dalam perencanaan bisnis mereka, tetapi sayang saat ini CLS belum bisa mengikuti langkah IBL. Tim ini adalah milik Yayasan CLS, biarlah tetap menjadi milik Yayasan CLS," kata Christopher, yang akrab disapa Itop.
CLS sendiri sudah ikut berkompetisi di Liga Bola Basket Indonesia sejak tahun 2003 dan untuk pertama kalinya menjadi juara pada tahun 2016.
Tim asal Kota Pahlawan ini juga rutin menyumbang beberapa pemain untuk tim nasional bola basket Indonesia. Terbaru, nama-nama pemain CLS yaitu Mario Wuysang, Sandy Febriansyakh dan Firman Nugroho menjadi bagian dari tim nasional yang kini sedang menjalani serangkaian uji coba dan latihan di Lithuania sebagai bagian dari persiapan menuju SEA Games 2017, Malaysia.
Selain itu, kepala pelatih tim nasional bola basket putra Indonesia, Wahyu Widayat Jati, adalah pelatih CLS Knights.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2017